
Bayi Laki-Laki Lahir dari Embrio yang Dibekukan Selama 31 Tahun
Bayi laki-laki yang lahir dengan kondisi sehat di Amerika Serikat menarik perhatian dunia. Thaddeus Daniel Pierce, bayi yang lahir pada 26 Juli 2025, adalah hasil dari embrio yang telah disimpan selama hampir 31 tahun. Ini merupakan rekor baru dalam dunia reproduksi medis. Bayi ini menghabiskan lebih dari 11 ribu hari di ruang penyimpanan dingin sebelum akhirnya ditanamkan ke dalam rahim ibu angkatnya.
Thaddeus adalah buah dari proses adopsi embrio yang dilakukan oleh pasangan Lindsey dan Tim Pierce asal Ohio. Keduanya telah berjuang selama tujuh tahun untuk memiliki anak. Akhirnya, harapan mereka terkabul melalui metode adopsi embrio, yang memungkinkan pasangan tanpa kemampuan reproduksi alami untuk memiliki keturunan.
Asal Usul Embrio yang Membawa Harapan
Embrio yang menjadi cikal bakal Thaddeus berasal dari Linda Archerd, seorang wanita yang pada tahun 1994 melakukan program fertilisasi in-vitro (IVF). Pada masa itu, teknologi pembekuan embrio masih tergolong baru. Perawatan tersebut menghasilkan empat embrio, dan salah satunya berhasil menghasilkan seorang putri. Namun, perceraian membuat tiga embrio lainnya terabaikan selama bertahun-tahun.
Selama bertahun-tahun, Archerd membayar biaya penyimpanan embrio secara rutin. Ia menganggap tiga embrio itu sebagai harapan kecil. Akhirnya, ia mendirikan Snowflakes, sebuah program adopsi embrio yang memberikan pilihan bagi donor untuk memilih keluarga angkat dan menjaga keterbukaan.
Klinik yang Berani Menerima Embrio Tua
Tidak semua klinik menerima embrio yang sudah dibekukan selama puluhan tahun. Namun, klinik Rejoice Fertility di Knoxville, Tennessee, percaya bahwa setiap embrio memiliki potensi untuk hidup. Mereka berhasil mencairkan dan menanamkan embrio yang telah disimpan selama 31 tahun. Dari tiga embrio yang disumbangkan oleh Archerd, satu tidak bertahan saat pencairan. Dua lainnya ditransfer ke rahim ibu angkat, dan hanya satu yang berhasil berkembang menjadi bayi.
Pencapaian ini terjadi di tengah perubahan regulasi hukum. Pada awal 2024, Mahkamah Agung Alabama menyatakan bahwa embrio beku secara hukum setara dengan anak-anak, yang memicu kekhawatiran di kalangan klinik IVF. Meski begitu, legislator mulai memberikan perlindungan sementara, tetapi pertanyaan tentang etika dan hukum terhadap embrio masih belum sepenuhnya terjawab.
Perasaan Donor dan Keluarga Angkat
Archerd merasa lega namun juga sedih. Ia menerima foto bayi Thaddeus dari keluarga Pierce dan berharap suatu hari bisa bertemu dengannya. "Saya ingin sekali bertemu dengannya. Hanya untuk mengetahui bahwa dia nyata, dan bahwa harapan-harapan kecil saya ada di dunia," ujarnya.
Bagi Lindsey dan Tim Pierce, yang terpenting adalah hadirnya Thaddeus sebagai pelengkap kehidupan mereka. Mereka hanya ingin menjadi orang tua dan membesarkan anak dengan penuh kasih sayang.
Adopsi Embrio Masih Jarang Dilakukan
Meskipun kisah ini memecahkan rekor dunia, adopsi embrio masih jarang dilakukan. Hanya 2 persen kelahiran di AS melibatkan IVF, dan bahkan lebih sedikit lagi yang melibatkan embrio dari orang lain. Diperkirakan ada 1,5 juta embrio yang tersimpan di freezer di seluruh Amerika Serikat, menunggu kesempatan kedua atau keputusan administratif.
Kisah Thaddeus menjadi contoh bagaimana teknologi medis dapat membuka jalan bagi harapan yang sebelumnya dianggap mustahil. Dengan adanya inovasi dan keberanian klinik, banyak embrio yang sempat terabaikan kini memiliki kesempatan untuk hidup.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!