Pos Ronda vs Kamera CCTV: Siapa yang Lebih Melindungi?

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Suara Kayu yang Menenangkan di Malam Hari

Di kampung-kampung kota, suara ketukan kayu di tiang listrik sering menjadi tanda bahwa malam masih tenang. Dulu, anak-anak kecil sering terbangun sebentar lalu kembali tidur dengan aman. Para ibu rumah tangga merasa lega karena tahu ada bapak-bapak ronda yang setia berkeliling, menjaga lingkungan. Rasa tenteram itu sederhana, namun nyata.

Kini, pemandangan berbeda banyak hadir di ibu kota. Kamera CCTV berdiri di setiap sudut gang, seakan menjadi mata yang tidak pernah tidur. Di kompleks saya, kawasan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, hampir setiap ujung gang sudah dipasangi CCTV. Mereka yang berjaga bisa memantau lewat layar, tapi tetap memilih berkeliling sambil memukul tiang listrik. Sebuah sinyal sederhana: ronda masih hidup.

Pertanyaannya, apakah CCTV yang serba modern bisa benar-benar menggantikan pos ronda yang guyub? Atau justru dua-duanya perlu berjalan berdampingan?

Lebih dari Sekadar Jaga Malam

Siskamling bukan hanya tentang keamanan. Ia adalah ruang sosial. Bapak-bapak yang mungkin di siang hari sibuk dengan pekerjaan, di malam hari mereka bisa duduk bersama, curcol, dan bercanda. Ditemani dengan teh juga kopi panas yang selalu siap, entah dari iuran kas atau sumbangan warga yang berhalangan ronda. Termasuk suami saya yang jika tak bisa hadir, biasanya menitipkan kopi dan rokok sebagai bentuk partisipasi.

Hal yang menarik, tidak ada satu pun yang mendapat bayaran. Semua berjalan atas dasar kesadaran. Walau rasa kantuk mendera, semua melakukannya dengan tulus. Inilah sisi yang jarang dimiliki teknologi: rasa tanggung jawab kolektif.

Ronda biasanya berlangsung antara pukul 11 malam hingga menjelang subuh. Ada jadwal yang dibagi, tapi sering kali bergeser mengikuti kesibukan warga. Tidak ada yang memaksa, tapi rasa kebersamaan membuat semua rela hadir. Oleh sebab itu, meski terlihat sederhana, pos ronda adalah sekolah kehidupan sosial yang nyata.

CCTV: Mata yang Tak Pernah Berkedip

Di sisi lain, CCTV menawarkan rasa aman yang cepat dan instan. Menurut data Polres Jakarta Timur (2022), daerah dengan pemasangan CCTV aktif mengalami penurunan tindak kriminal hingga 30%. Kamera menjadi bukti hukum yang sahih, bahkan sering kali lebih dipercaya daripada saksi manusia.

Namun, ada keterbatasan. CCTV hanya merekam. Ia tidak bisa langsung berteriak ketika maling mengintai. Ia tidak bisa mengusir remaja yang nongkrong sambil minum minuman keras di pinggir jalan. Ia menunggu manusia yang menafsirkan gambar. Artinya, pada akhirnya, teknologi tetap butuh manusia.

Data yang Bicara

Jika melihat data Badan Pusat Statistik (2023), angka kriminalitas di perkotaan Indonesia memang masih tinggi. Jakarta sendiri mencatat ribuan kasus pencurian setiap tahunnya. Di sisi lain, tingkat partisipasi warga dalam kegiatan sosial seperti ronda semakin menurun, terutama di kawasan perumahan modern yang mengandalkan satpam atau CCTV.

Padahal, menurut Kementerian Dalam Negeri (2021), desa atau kelurahan dengan sistem ronda aktif mengalami tingkat kriminal lebih rendah hingga 40% dibanding yang hanya mengandalkan teknologi. Angka ini menegaskan bahwa kehadiran manusia yang berpatroli masih efektif.

Bukan Hanya Soal Rasa Aman

Saya sering memperhatikan, bapak-bapak yang awalnya malas ronda justru menemukan teman baru. Ada yang jadi akrab dengan tetangga beda RT, ada pula yang menjadikan ronda sebagai ajang melepas stres. Seorang Pak RT di kampung kami pernah berkata: "Kalau bukan kita yang jaga kampung, siapa lagi? CCTV itu bagus, tapi maling bisa tahu titik butanya. Kalau lihat bapak-bapak keliling, mereka mikir dua kali."

Ada kebenaran sederhana dalam ucapan itu. Ronda bukan hanya "fungsi jaga malam", tapi juga "fungsi cegah" lewat kehadiran fisik. Apalagi ketika warga terlihat guyub, maling pun enggan masuk.

Modernitas vs Kearifan Lama

Kita hidup di zaman ketika teknologi mengatur banyak hal. Dari belanja, transportasi, hingga keamanan, semua bisa dilakukan lewat gawai. Namun, apakah itu berarti kita menyerahkan sepenuhnya rasa aman pada mesin?

Saya melihat ada ironi. Kota besar seperti Jakarta mengusung konsep smart city, dengan ribuan CCTV yang dipasang. Tapi di sisi lain, banyak warga yang justru merasa lebih tenang ketika mendengar kentongan dibunyikan. Rasa aman ternyata bukan hanya soal rekaman visual, melainkan soal kehadiran nyata orang yang kita kenal.

Revitalisasi Pos Ronda

Bagi saya, pos ronda tidak perlu dilihat sebagai lawan CCTV. Keduanya bisa bersinergi. CCTV menjadi alat pendukung, sementara ronda menjaga sisi humanis. Bahkan, beberapa daerah mulai menggabungkan keduanya. Warga ronda berkeliling sambil memantau layar CCTV di pos, lalu bergerak cepat jika ada hal mencurigakan.

Di daerah saya tinggal, pola ini sudah berjalan. Ketika layar menampilkan bayangan orang tak dikenal, bapak ronda langsung turun ke jalan. Efek psikologisnya besar: warga merasa terlindungi, sementara potensi pelaku kriminal merasa diawasi.

Pendidikan Sosial untuk Generasi Muda

Hal yang sering terlupakan, siskamling juga mendidik generasi muda. Anak-anak yang melihat ayahnya ronda akan paham arti tanggung jawab sosial. Mereka belajar bahwa keamanan bukan hanya urusan polisi, tapi juga urusan warga. Jika kegiatan ini hilang, kita kehilangan ruang belajar kebersamaan yang alami.

Sayangnya, semakin sedikit anak muda yang mau terlibat. Mereka sibuk dengan pekerjaan atau memilih hiburan digital.

Menjaga Lebih dari Sekadar Lingkungan

Rasa aman tidak bisa dibeli hanya dengan memasang kamera canggih. Ia dibangun lewat kehadiran, kebersamaan, dan tanggung jawab. CCTV memang membantu, tapi tanpa manusia, ia hanyalah kotak hitam yang merekam.

Pos ronda mengajarkan bahwa keamanan adalah hasil kerja kolektif. Bahwa malam bukan sekadar waktu untuk tidur, melainkan kesempatan untuk membangun solidaritas.

Mungkin benar, dunia bergerak menuju serba digital. Tapi suara kayu yang memukul tiang listrik di ujung gang masih menjadi tanda paling menenangkan bagi banyak orang. Namun, apakah generasi muda akan tetap meneruskannya, ataukah kita rela membiarkan ronda hanya menjadi kenangan di buku sejarah kampung kota?