Polisi Tembakkan Gas Air Mata ke Rumah Warga

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Demonstran Tetap Bertahan di Sekitar Gedung MPR/DPR/DPD

Puluhan demonstran yang mengikuti aksi "Revolusi Rakyat Indonesia" masih berada di sekitar Gedung MPR/DPR/DPD hingga Senin malam, 25 Agustus 2025. Hingga pukul 21.00 WIB, massa aksi yang mengenakan seragam sekolah putih abu-abu terlihat berada di kawasan kolong jembatan layang atau flyover Pejompongan, Jakarta. Lokasi tersebut berjarak sekitar 800 meter dari gerbang utama Kompleks Parlemen.

Para pelajar ini bertahan di depan Menara BNI 46 yang ada di kawasan tersebut. Sementara sebagian lainnya berada di tengah rel kereta yang ada di seberang Menara BNI 46. Pada sekitar pukul 21.15 WIB, aparat keamanan dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri) berupaya membubarkan mereka dengan tembakan gas air mata. Sebagian demonstran melarikan diri ke arah permukiman warga yang berada di pinggir rel kereta.

Polisi kemudian menembakkan gas air mata ke area permukiman. Setidaknya tiga selongsong gas air mata ditembakkan ke kawasan rumah warga. Warga Pejompongan pun memprotes. "Jangan ditembak ke sini pak, ini warga," kata salah satu dari mereka. Nopan (28), salah satu warga Pejompongan, sedang berjaga di depan rumahnya saat keributan terjadi. "Gas air matanya ditembak ke sini juga, soalnya pendemo lari ke sini," kata dia.

Nopan menyampaikan bahwa dirinya dan beberapa warga lain masih bersiaga untuk memantau jalannya demonstrasi. "Kami koordinasi juga sama RW untuk jaga keamanan," ucap Nopan. Polisi pun meminta agar demonstran segera membubarkan diri. "Tolong yang bukan warga segera pulang," kata seorang polisi yang menggunakan pengeras suara.

Demonstran sempat melempar batu dan petasan ke arah polisi. Polisi lalu merangsek ke arah pendemo dengan barikade bertameng. Tak lama kemudian, massa aksi pun mundur ke arah barat dari Jalan Pejompongan Raya. Polisi kemudian meninggalkan lokasi. Bentrok antara pendemo dengan polisi di kolong flyover Pejompongan terjadi hingga sekitar pukul 21.35 WIB.

Seruan Aksi Viral di Media Sosial

Seruan aksi demonstrasi 25 Agustus viral di media sosial. Aksi dipelopori oleh gerakan yang mengatasnamakan diri "Revolusi Rakyat Indonesia". Mereka mengajak elemen masyarakat, buruh, petani, dan mahasiswa turun ke jalan. Ajakan itu disebarkan secara anonim. Dalam narasinya, mereka menuntut pengusutan kasus dugaan korupsi keluarga mantan presiden Joko Widodo hingga pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Mereka juga meminta DPR untuk menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai kontrol pemerintah. Pesan tersebut disampaikan melalui berbagai platform media sosial. Isu-isu seperti korupsi dan pemakzulan menjadi fokus utama dalam aksi ini. Demonstran berharap adanya perubahan signifikan dalam sistem pemerintahan.

Aksi ini menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap situasi politik dan ekonomi yang dianggap tidak adil. Gerakan ini dianggap sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak responsif terhadap kebutuhan rakyat.

Tantangan dan Perspektif Berbeda

Selain masalah korupsi, isu-isu seperti ketimpangan sosial, kenaikan harga bahan pokok, serta kesenjangan ekonomi juga menjadi alasan utama bagi para peserta aksi. Mereka berharap pemerintah dapat lebih proaktif dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.

Namun, di sisi lain, pihak berwenang tetap mempertahankan posisi bahwa semua kebijakan yang diambil adalah untuk kepentingan rakyat. Mereka menegaskan bahwa proses demokratisasi harus dilakukan secara damai dan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Meski begitu, perspektif masyarakat terhadap pemerintah terus berkembang. Banyak orang mulai mempertanyakan kompetensi dan integritas pejabat yang menjabat saat ini. Hal ini membuat semakin banyak individu yang ingin ikut serta dalam aksi-aksi seperti yang terjadi di Pejompongan.

Peristiwa ini menjadi indikasi bahwa masyarakat masih memiliki harapan besar terhadap perubahan, meskipun perjalanan menuju perubahan tersebut penuh tantangan.