Pertarungan Nyata Syamsul di Puncak Pohon Lontar untuk Rp 7.500

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kehidupan Seorang Ayah yang Bertaruh Nyawa demi Keluarga

Di balik kata-kata yang terucap lemah dan penuh rasa pasrah, tersimpan kisah perjuangan seorang ayah di Pamekasan. Syamsul Anam Riyadi (40) setiap hari menghadapi risiko besar hanya untuk memastikan keluarganya bisa tetap hidup. Di balik rasa khawatir yang ia rasakan, ada semangat luar biasa yang membawanya bertahan.

Setiap pagi, Syamsul memanjat pohon lontar hingga ketinggian 25 meter tanpa tali pengaman. Tugasnya adalah menebang daun lontar yang akan digunakan untuk membuat tikar. Ia dibayar antara Rp 7.500 hingga Rp 10.000 per pohon. Meski bayaran terdengar kecil, bagi Syamsul itu menjadi sumber penghidupan utama keluarganya.

Keselamatan menjadi hal yang sangat berisiko dalam pekerjaannya. Saat berpindah dari satu pohon ke pohon lain, ia hanya mengandalkan galah bambu sebagai jembatan. Jika salah langkah, nyawanya bisa melayang. Namun, ia tidak punya pilihan. Kebutuhan keluarga lebih penting daripada keselamatan dirinya sendiri.

Kehidupan di Gubuk Sempit

Rumah yang dulu menjadi tempat tinggal mereka kini hanya tinggal puing. Setelah rumah rusak dan ambruk pada tahun 2021, Syamsul dan istrinya, Julaeha (38), harus mencari tempat tinggal sementara. Mereka tinggal di gubuk sempit seluas empat meter persegi dengan dinding anyaman bambu dan atap terpal.

Di gubuk itulah mereka bermalam setiap malam. Ketiga putrinya, Nur Aini (21), Ilza Matul Musyarofah (14), dan Erliza Ayuni Ramadiyanti (7 tahun), dititipkan ke rumah saudara agar bisa tidur dengan nyaman. Syamsul dan Julaeha tidak pernah merasakan hangatnya tidur bersama anak-anaknya selama tiga tahun terakhir.

Meskipun hidup dalam kondisi sulit, Syamsul dan Julaeha terus bekerja keras. Selain memanjat pohon lontar, mereka juga menganyam daun lontar menjadi tikar. Satu lembar tikar bisa dibuat dalam sehari, dengan harga antara Rp 25.000 hingga Rp 31.000. Penghasilan ini cukup untuk makan sehari-hari, tapi tidak cukup untuk membangun kembali rumah mereka.

Rasa Khawatir yang Tak Pernah Berhenti

Bagi Syamsul, rasa khawatir bukan lagi sekadar perasaan, melainkan bagian dari rutinitas harian. Ia takut jika suatu saat ia sakit dan tidak bisa bekerja. Karena ketiga putrinya adalah perempuan, ia merasa khawatir jika tidak ada orang yang bisa menafkahi mereka.

Bantuan dari pemerintah? Syamsul mengaku belum pernah merasakan. Ia terus berjuang sendirian, hanya dengan doa sebagai penopang hidupnya. Baginya, tidak ada jaring pengaman selain imannya.

Perjuangan Tanpa Henti

Setiap hari, Syamsul dan Julaeha bekerja tanpa henti. Mereka tidak pernah berhenti berusaha, meski segalanya terasa berat. Dari memanjat pohon lontar hingga menganyam daun lontar, mereka menjalani pekerjaan dengan penuh tekad.

Mimpi mereka adalah memiliki rumah yang layak dan anak-anaknya bisa bersekolah dengan nyaman. Namun, sampai saat ini, mimpi itu masih jauh dari jangkauan. Meski begitu, Syamsul tidak pernah menyerah. Ia terus berjuang, karena itu adalah cara terbaik untuk memberi masa depan yang lebih baik bagi keluarganya.