
Pentingnya Perputaran Uang dalam Perekonomian
Perputaran uang di masyarakat, atau yang dikenal dengan istilah velocity of money, merupakan salah satu faktor kunci dalam menjaga daya dorong perekonomian. Ketika uang bergerak cepat, konsumsi meningkat, dunia usaha mendapatkan tambahan modal, investasi berkembang, dan lapangan kerja semakin terbuka. Namun, jika perputaran uang melambat, perekonomian bisa mengalami stagnasi meskipun jumlah uang yang tersedia cukup besar.
Saat ini, terdapat kecenderungan bahwa bank lebih memilih menyimpan dana di Bank Indonesia (BI) dalam bentuk deposito atau instrumen berbunga, dibandingkan menyalurkannya sebagai kredit kepada masyarakat. Jika bunga simpanan di BI dinilai lebih menguntungkan, maka bank cenderung menahan diri dalam memberikan pembiayaan kepada sektor riil. Akibatnya, dunia usaha kesulitan mendapatkan modal, konsumsi terbatas, dan perekonomian terasa “kering”.
Menteri Keuangan Purbaya Yudi Sadewa menegaskan bahwa perbankan perlu lebih berani dalam menyalurkan kredit agar sektor riil tetap hidup. Ia menyampaikan hal tersebut dalam rapat kerja dengan Komisi XI beberapa waktu lalu. Menurutnya, kredit harus tetap mengalir karena dari situlah sektor riil mendapatkan tenaga untuk tumbuh. Jika dana hanya diparkir, perekonomian tidak akan bergerak.
Kredit Macet sebagai Alasan Bank
Kredit macet sering menjadi alasan bagi bank untuk bersikap hati-hati dalam menyalurkan kredit. Namun, jika dana terlalu banyak tersimpan di BI, likuiditas di masyarakat akan berkurang secara drastis. Padahal, likuiditas yang memadai merupakan bahan bakar utama agar usaha kecil dan menengah dapat bertahan dan berkembang.
Purbaya Yudhi Sadewa juga mengingatkan risiko jika velocity of money melemah. Ia menyatakan bahwa jika uang hanya berhenti di bank atau diparkir di BI, perekonomian bisa kering. Investasi dan konsumsi tidak akan tumbuh secara optimal. Pernyataan ini menegaskan bahwa ekonomi bukan hanya soal jumlah uang, tetapi seberapa cepat uang itu berpindah dari satu tangan ke tangan lain.
Keseimbangan antara Stabilitas dan Pembiayaan
Dalam pernyataan lain, Purbaya menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara stabilitas sistem keuangan dan keberanian menyalurkan pembiayaan. Ia menegaskan bahwa pihak bank tidak boleh hanya melihat risiko kredit macet. Jika kredit tidak bergerak, justru sektor riil akan terkena dampaknya. Dan pada akhirnya, perbankan juga akan ikut tertekan.
Purbaya menambahkan bahwa pemerintah akan terus mendorong agar perbankan tidak ragu dalam menggerakkan dana untuk sektor produktif. Ia menegaskan bahwa uang yang ada di sistem perbankan harus benar-benar bekerja bagi perekonomian, bukan hanya tersimpan aman di BI.
Dampak Jika Tren Parkir Dana Berlanjut
Jika tren parkir dana di BI terus berlangsung, maka perekonomian bisa mengalami perlambatan serius. Investasi akan sulit berkembang, konsumsi terbatas, bahkan pengangguran bisa meningkat. Namun, jika velocity of money terjaga, masyarakat akan memiliki daya beli yang baik, usaha bisa menambah kapasitas, dan roda ekonomi akan bergerak lebih sehat.
Inilah sebabnya, menjaga perputaran uang di masyarakat bukan sekadar soal teknis moneter, tetapi juga langkah strategis untuk memastikan Indonesia tidak terjebak dalam ekonomi “kering”. Pemerintah, bank, dan masyarakat perlu bersama-sama memastikan uang tidak hanya tersimpan, tetapi terus berputar dan menggerakkan kehidupan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!