
Penurunan Pesanan Berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Bola Madiun
Pengaruh lesunya ekonomi terhadap industri manufaktur khususnya perusahaan pembuat bola sepak telah menimbulkan dampak signifikan. Di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, sebuah perusahaan yang dikenal sebagai produsen bola untuk Piala Dunia 2022 kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga kelangsungan operasionalnya. Hal ini berujung pada rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah besar karyawan.
Perusahaan tersebut berada di Desa Kedungrejo, Kecamatan Pilangkenceng, dan merupakan salah satu pabrik yang pernah mendapatkan pesanan besar dari Adidas untuk membuat bola resmi Piala Dunia 2022 bernama Al Rihla. Namun, saat ini, situasi berubah drastis. Dalam beberapa bulan terakhir, permintaan produksi menurun tajam, sehingga memicu kebijakan restrukturisasi organisasi dan pengurangan tenaga kerja.
Sekretaris Disnakerin Kabupaten Madiun, Ratnasari Wandanwulan, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima surat pemberitahuan PHK dari PT GWI, perusahaan produsen bola tersebut. Surat tersebut dikirim beberapa hari lalu dan akan segera ditindaklanjuti oleh dinas dengan melakukan kunjungan ke pabrik. Tujuannya adalah memastikan bahwa hak-hak pekerja diberikan secara sesuai aturan.
“Selama ini tidak ada masalah, kami sudah menghubungi serikat buruh dan tidak ada masalah,” ujar Ratna. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya akan memeriksa pembayaran hak pekerja, termasuk jaminan hari tua (JHT) BPJS Ketenagakerjaan. Setiap karyawan yang terkena PHK akan dicek secara individu untuk memastikan perlindungan hukum dan kesejahteraan mereka.
Berdasarkan informasi dari PT GWI, PHK dilakukan karena penurunan order produksi dan kebutuhan untuk melakukan restrukturisasi organisasi. Data lengkap tentang jumlah karyawan yang terkena PHK akan diumumkan melalui serikat pekerja. Saat ini, total karyawan yang akan di-PHK mencapai 842 orang, dengan rencana pelaksanaan mulai Agustus hingga Oktober 2025.
Selain itu, Disnakerin Kabupaten Madiun sedang berupaya membantu para karyawan yang terkena PHK untuk mencari kesempatan kerja baru. Salah satu alternatif yang tersedia adalah pabrik sepatu di Desa Kuwu, Kabupaten Madiun. Pabrik ini saat ini sedang membuka lowongan sekitar 2.000 posisi. Sayangnya, hingga saat ini hanya sekitar 30 persen dari jumlah tersebut yang telah terisi.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk meminimalkan dampak PHK terhadap masyarakat dan memberikan peluang bagi karyawan untuk tetap bekerja di sektor lain. Dengan adanya koordinasi antara pemerintah daerah dan perusahaan, diharapkan proses transisi bisa berjalan lebih lancar dan aman bagi seluruh pihak yang terlibat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!