
Lima Sifat yang Sering Membuat Orang Memilih Pasangan yang Tidak Cocok
Banyak orang memiliki bakat untuk memilih pasangan yang dapat mengangkat, mendukung, dan membantu mereka tumbuh. Namun, tidak semua orang memiliki keberuntungan yang sama. Jika Anda pernah melihat seorang teman terus-menerus terjebak dalam hubungan yang buruk, atau bahkan mengenali pola serupa dalam diri sendiri, itu jarang hanya kesialan belaka. Dalam banyak kasus, hal ini disebabkan oleh ciri-ciri kepribadian tertentu yang secara halus memengaruhi pilihan pasangan seseorang.
Ciri-ciri ini sering bekerja di bawah permukaan, memengaruhi daya tarik dan pengambilan keputusan tanpa disadari oleh individu tersebut. Meskipun siapa pun bisa membuat kesalahan dalam cinta, secara konsisten memilih pasangan yang salah biasanya menunjukkan adanya sesuatu yang lebih dalam yang sedang terjadi. Berikut adalah lima sifat umum yang sering muncul pada orang-orang yang buruk dalam memilih pasangan yang tepat:
1. Salah Mengira Intensitas sebagai Kompatibilitas
Bagi sebagian orang, kegilaan yang terburu-buru terasa seperti bukti bahwa mereka telah menemukan "the one". Hal ini sering kali menyebabkan kesalahan dalam mengartikan emosi tinggi, pernyataan penuh gairah, dan romansa angin puyuh sebagai kecocokan yang tulus. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang lebih menghargai intensitas daripada stabilitas cenderung memasuki hubungan yang menyala-nyala tetapi berakhir dengan cepat.
Orang-orang ini mungkin mengacaukan ketertarikan kuat dengan hubungan yang mendalam, melewatkan percakapan penting tentang nilai-nilai, gaya hidup, dan tujuan. Seiring waktu, mereka menemukan diri dengan pasangan yang awalnya menggairahkan tetapi gagal menawarkan keharmonisan jangka panjang. Ironisnya, apa yang terasa seperti cinta pada pandangan pertama justru bisa menjadi tanda bahaya bagi hubungan yang tidak berkelanjutan.
2. Menghindari Refleksi Diri
Tanpa penilaian diri yang jujur, hampir tidak mungkin mengenali pola dalam pilihan pasangan yang buruk. Orang-orang yang menghindari refleksi diri sering kali kehilangan benang merah dari hubungan mereka, membuat mereka rentan mengulangi kesalahan. Penelitian menunjukkan bahwa kesadaran diri sangat terkait dengan pilihan romantis yang lebih sehat.
Tanpa kesadaran diri ini, individu mungkin secara tidak sadar tertarik pada pasangan yang mencerminkan masalah yang belum terselesaikan, berpikir bahwa hasilnya akan berbeda kali ini. Kurangnya introspeksi ini sering kali berarti mereka hanya fokus pada apa yang dibawa orang lain ke meja, tanpa menanyakan apakah mereka siap untuk hubungan yang mereka inginkan.
3. Standar Hubungan yang Rendah
Ketika seseorang percaya bahwa mereka tidak pantas mendapatkan banyak, mereka sering menerima jauh lebih sedikit daripada yang sebenarnya mereka butuhkan. Standar yang rendah bisa berasal dari pengalaman masa lalu, harga diri yang rendah, atau tekanan sosial untuk bersama seseorang. Orang dengan nilai pasangan yang dipersepsikan rendah lebih cenderung bertahan dalam hubungan yang tidak memuaskan.
Mereka mungkin mengabaikan ketidaksesuaian yang mencolok atau perilaku yang tidak sehat karena merasa bersyukur memiliki pasangan. Sayangnya, pola pikir ini membuat mereka menjadi sasaran empuk bagi orang-orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan emosionalnya.
4. Menilai Terlalu Tinggi Kualitas Eksternal
Berfokus pada penampilan, status, atau pesona sering kali menutupi faktor-faktor yang lebih penting seperti kebaikan, kepercayaan, dan nilai-nilai bersama. Meskipun ketertarikan alami dan penting, memprioritaskan kualitas permukaan ini secara berlebihan dapat menyebabkan kekecewaan berulang. Penelitian menemukan bahwa orang yang berfokus pada daya tarik fisik dalam pemilihan pasangan sering kali memiliki hubungan yang lebih pendek dan kurang memuaskan.
Ketika daya tarik awal memudar, mereka ditinggalkan dengan seseorang yang mungkin tidak benar-benar selaras dengan kebutuhan mereka yang lebih dalam. Ini bukan berarti ketertarikan fisik tidak penting, tetapi seharusnya tidak pernah menjadi satu-satunya pendorong keputusan.
5. Mengabaikan Bendera Merah Awal
Kecenderungan untuk mengesampingkan kekhawatiran pada tahap awal dapat menjadi salah satu kebiasaan paling mahal dalam pemilihan pasangan. Orang yang mengabaikan tanda-tanda peringatan sering melakukannya karena takut kehilangan hubungan, berharap masalah akan teratasi sendiri, atau tidak mempercayai penilaian mereka sendiri.
Institut Gottman mencatat bahwa banyak masalah hubungan jangka panjang terlihat dalam beberapa bulan pertama, tetapi sering diabaikan begitu saja atau dirasionalisasi. Kebiasaan ini sering mengarah pada keterikatan yang lebih dalam sebelum ketidaksesuaian menjadi tidak dapat disangkal. Pada saat itu, pergi terasa jauh lebih rumit daripada pergi lebih awal.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!