Mualem dan Tu Bulqaini Bergabung untuk Ahlusunnah wal Jama'ah

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Mualem dan Tu Bulqaini Bergabung untuk Ahlusunnah wal Jama'ah

Pengukuhan Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman

Pada hari Rabu, 13 Agustus 2025, suasana di dalam Masjid Raya Baiturrahman terasa sangat khidmat dan penuh antusiasme. Jamaah yang hadir memadati shaf-shaf masjid untuk menyaksikan pengukuhan Tgk H Muhammad Ali atau lebih dikenal dengan nama Abu Paya Pasi sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman. Pengukuhan ini dilakukan oleh Gubernur Aceh Muzakir Manaf alias Mualem, yang sekaligus menjadi simbol persatuan antara tokoh-tokoh penting di Aceh.

Acara ini bukan hanya momen religius bagi masyarakat Aceh, tetapi juga menjadi ajang pertemuan dua tokoh besar yang pernah berbeda pandangan politik pada Pilkada 2024 lalu. Salah satunya adalah Gubernur Aceh Muzakir Manaf alias Mualem, yang kini menjabat sebagai Ketua DPP Partai Aceh. Sementara itu, Tgk H Tu Bulqaini Tanjongan, Ketua Umum Majelis Partai Adil Sejahtera (MPP-PAS Aceh), juga hadir dalam acara tersebut.

Dengan menggunakan bahasa Aceh yang kental dan dibalut dengan guyonan, Gubernur Mualem menyampaikan sambutan dengan penuh hormat kepada Tgk H Tu Bulqaini. “Yang kita hormati Tu Bulqaini. Tu, ini cita-cita kita waktu Pilkada 2017,” ujarnya, merujuk pada tekad mereka untuk memperkuat Ahlusunnah wal Jama’ah di Aceh. Meski saat itu perjuangan mereka belum berhasil, Mualem mengatakan bahwa kali ini harus berhasil. “Tu berdiri di depan,” katanya sambil tersenyum, disambut pekikan takbir dari jamaah yang hadir.

Pernyataan ini menjadi tanda kuat bahwa perbedaan pendapat politik di masa lalu tidak menghalangi semangat persatuan demi tujuan bersama. Mualem melanjutkan dengan filosofi hidup sederhana yang ia ungkapkan dalam bahasa Aceh: “Itulah sejarah, berganti dan bertukar. Seperti kata Abu Paya Pasi tadi. Hidup kita ini seperti ban sepeda. Ada saatnya di atas dan adakalanya di bawah.”

Persahabatan dan Kerja Sama yang Tak Terputus

Persahabatan dan kerja sama antara Mualem dan Tu Bulqaini bukanlah hal baru. Pada Pilkada 2017, Tu Bulqaini, yang saat itu dikenal sebagai ulama muda dan pimpinan Dayah Markaz Ishlah Al Aziziyah Banda Aceh, menjadi bagian dari tim inti pemenangan Mualem sebagai calon gubernur Aceh yang berpasangan dengan TA Khalid. Namun, pasangan tersebut kalah dari Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah.

Di Pilkada 2024, arah politik keduanya berbeda. Mualem kembali maju sebagai calon gubernur Aceh berpasangan dengan Fadhlullah (Dek Fadh). Sementara itu, Tu Bulqaini, yang telah menjabat sebagai Ketua Umum PAS Aceh, memilih mendukung pasangan Bustami Hamzah-Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop Jeunieb. Pasangan ini kemudian diganti oleh Syech M Fadhil Rahmi setelah Tu Sop meninggal dunia.

Pilihan ini tidak lepas dari amanah gurunya agar mendukung Tu Sop Jeunieb, yang merupakan Ketua Pengurus Besar Himpunan Ulama Dayah Aceh (PB HUDA). Perbedaan pandangan ini sempat memicu ketegangan dalam politik Aceh, namun tidak menghilangkan rasa saling menghormati antara kedua tokoh tersebut.

Kehadiran "Singa Aceh"

Mualem dan Tu Bulqaini sering disebut sebagai “singa Aceh”. Mualem adalah mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sekaligus Ketua Umum DPP Partai Aceh. Sementara itu, Tu Bulqaini adalah mantan Panglima Rabithah Taliban Aceh (RTA) yang menjalani perjalanan dakwah dan pendidikan. RTA di masa Tu Bulqaini aktif menuntut pemerintah pusat untuk melaksanakan Referendum sesuai tuntutan masyarakat Aceh.

Perjalanan mereka seolah menggambarkan makna surah At-Taubah ayat 122: bahwa tidak semua orang harus turun ke medan perang, tetapi sebagian harus mendalami ilmu agama untuk memberi peringatan kepada kaumnya. Kehadiran mereka mencerminkan komitmen untuk menjaga nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan dalam konteks politik Aceh.