Menteri Purbaya Hentikan Anaknya di Instagram Usai Konten Viral Tuduh Sri Mulyani "Agen CIA"

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Menteri Keuangan Diuji oleh Kontroversi Media Sosial

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kini menghadapi tantangan tak terduga setelah unggahan media sosial putranya menjadi perbincangan hangat di kalangan publik. Isu ini tidak terkait kebijakan fiskal atau dana negara, melainkan soal pernyataan yang diunggah oleh Yudo Sadewa, putra bungsunya, di akun Instagram pribadinya.

Unggahan tersebut berisi kalimat yang menyerupai tuduhan bahwa Sri Mulyani Indrawati, mantan Menteri Keuangan, adalah agen intelijen asing. Kalimat yang ditulisnya adalah: “Alhamdulilah, ayahku melengserkan agen CIA Amerika yang menyamar jadi menteri.” Meskipun unggahan itu telah dihapus, dampaknya tetap besar dan menyebar cepat di media sosial.

Peristiwa ini memicu berbagai komentar, spekulasi, dan kritik terhadap nama besar Sri Mulyani, yang dikenal sebagai salah satu ekonom ternama Indonesia. Dalam waktu singkat, unggahan tersebut menjadi viral dan menambah beban politik bagi Purbaya, yang baru saja dilantik sebagai Menteri Keuangan.

Ditemui wartawan di Istana Kepresidenan RI, Purbaya menjelaskan bahwa anaknya belum sepenuhnya memahami konsekuensi dari tindakannya di dunia maya. Ia menyatakan bahwa Yudo masih dalam usia yang muda dan belum bijak dalam menggunakan media sosial. Purbaya juga menegaskan bahwa konten tersebut sudah sepenuhnya dihapus dari internet.

“Sudah di-take down semua. Kita biasanya santai saja, tidak ada yang memperhatikan, rupanya sekarang setiap gerakan jadi sorotan. Baru saya tahu,” tambahnya. Perubahan ini menunjukkan bagaimana kehidupan pribadi keluarga Purbaya kini lebih terpantau setelah ia menjabat posisi tinggi.

Sri Mulyani sendiri belum memberikan tanggapan resmi terkait isu ini. Namun, reputasinya sebagai mantan Menteri Keuangan yang sukses dalam menghadapi krisis keuangan membuat tuduhan semacam ini sangat sensitif. Bagi banyak pengamat, insiden ini menunjukkan betapa cepatnya rumor daring dapat memengaruhi narasi politik resmi.

Yudo kemudian mencoba meredam kontroversi dengan membuat klarifikasi. Dalam postingan lanjutan, ia meminta maaf dan menyebut tulisannya hanya lelucon internal dengan teman-temannya. Ia bahkan mengklaim bahwa tuduhan “agen CIA” bukan ditujukan kepada Sri Mulyani, melainkan kepada sosok yang ia sebut “ternak Mulyono” — istilah yang hingga kini masih membingungkan publik.

Kasus ini muncul hanya dua hari setelah Presiden Prabowo Subianto melantik Purbaya sebagai Menteri Keuangan melalui Keputusan Presiden Nomor 86P Tahun 2025. Pergantian ini menandai berakhirnya era panjang Sri Mulyani di kementerian yang ia pimpin sejak 2016, serta membuka bab baru dengan gaya kepemimpinan fiskal yang berbeda.

Bagi Purbaya, insiden Instagram ini menjadi pelajaran keras mengenai betapa tipisnya garis antara ranah pribadi dan jabatan publik. Dalam era politik digital, di mana setiap kata bisa diperbesar menjadi pernyataan politik, bahkan lelucon seorang anak bisa berubah menjadi kontroversi nasional.

Meski demikian, Purbaya mencoba meredam isu dengan pendekatan sederhana: melarang anaknya kembali ke Instagram. Namun, bagi sebagian analis politik, kasus ini lebih jauh menunjukkan bagaimana media sosial kini menjadi medan rawan yang bisa memengaruhi kredibilitas pejabat publik — bahkan sebelum mereka benar-benar memulai tugas di kabinet.