
Peran Ekonomi Sirkular dalam Transformasi Industri Hijau
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan bahwa penerapan ekonomi sirkular telah menjadi langkah penting yang dilakukan oleh sejumlah industri di Indonesia. Hal ini merupakan bagian dari upaya menuju transformasi hijau dan mencapai target net zero emission pada tahun 2050. Menurutnya, pendekatan ini tidak hanya berdampak positif terhadap pengurangan emisi dan limbah, tetapi juga mampu menciptakan nilai tambah ekonomi, mengurangi ketergantungan terhadap impor, serta membuka peluang kerja yang lebih berkelanjutan.
“Ekonomi sirkular menjadi pilar utama dalam mewujudkan transformasi industri hijau. Banyak perusahaan sudah menerapkannya, seperti mengolah sampah plastik menjadi kemasan baru, melebur scrap logam menjadi baja, hingga memanfaatkan sekam padi sebagai biomassa untuk energi alternatif,” ujar Agus dalam sambutannya di ajang Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 yang digelar di Jakarta Convention Center, Minggu (24/8).
Penghargaan untuk Pelaku Industri Hijau
Tahun ini, AIGIS menjadi momen penting dalam memberikan penghargaan bagi pelaku industri, lembaga sertifikasi, auditor, dan pemerintah daerah yang konsisten menerapkan prinsip berkelanjutan. Salah satu penerima penghargaan adalah PT Sarihusada Generasi Mahardhika – Pabrik Prambanan, yang berhasil meraih Peringkat Pertama Kinerja Terbaik Penerapan Industri Hijau untuk kategori industri menengah dan besar. Ini merupakan kali kedua Sarihusada menerima penghargaan serupa secara berturut-turut.
Karyanto Wibowo, Senior Director Public Affairs and Sustainability Danone Indonesia, menyebut capaian ini sebagai bukti nyata komitmen perusahaan dalam mendukung agenda nasional maupun target global menuju net zero carbon. “Pencapaian ini memperkuat keyakinan kami bahwa praktik industri hijau merupakan elemen krusial untuk masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan,” katanya.
Peluang dalam Dekarbonisasi
Selain penghargaan untuk Sarihusada, Menteri Perindustrian juga menekankan bahwa agenda dekarbonisasi harus dilihat sebagai peluang, bukan beban. Transformasi industri harus dilakukan dengan langkah nyata seperti efisiensi energi, pemanfaatan energi terbarukan, teknologi carbon capture and utilization (CCU), serta penerapan praktik ekonomi sirkular.
Andi Rizaldi, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri, menambahkan bahwa AIGIS diharapkan bisa menjadi platform kolaborasi lintas sektor dalam mempercepat pengurangan emisi karbon. “Dengan membangun ekosistem industri hijau, transformasi menuju ekonomi rendah karbon tidak hanya menjaga daya saing global, tetapi juga membuka peluang investasi dan inovasi berkelanjutan,” tandasnya.
Langkah Nyata Menuju Keberlanjutan
Transformasi industri hijau memerlukan komitmen dan partisipasi aktif dari berbagai pihak. Dengan penerapan ekonomi sirkular, industri tidak hanya mampu mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga meningkatkan efisiensi dan daya saing. Selain itu, adopsi teknologi ramah lingkungan seperti CCU dan energi terbarukan akan menjadi kunci dalam mencapai target net zero emission.
Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat juga sangat penting dalam mendorong inisiatif berkelanjutan. Melalui program seperti AIGIS, para pemangku kepentingan dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, dan strategi untuk menciptakan industri yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Dengan demikian, ekonomi sirkular dan transformasi hijau tidak hanya menjadi tanggung jawab industri, tetapi juga menjadi prioritas nasional yang perlu didukung oleh seluruh pihak. Dengan langkah-langkah konkret dan kolaborasi yang kuat, Indonesia dapat menjadi contoh dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!