Laba Menurun, Medco Tunggu Operasi Smelter Bersama Amman Mineral

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kinerja Medco Energi Internasional Tbk pada Semester Pertama 2025

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) masih menunggu tahap produksi dari smelter tembaga yang merupakan hasil kerja sama dengan Amman Mineral International (AMMN). Saat ini, AMIN, anak perusahaan AMMN, sedang membangun smelter tembaga dan fasilitas pemurnian logam mulia di Benete, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Smelter ini akan digunakan untuk mengolah konsentrat tembaga dari tambang Batu Hijau dan proyek Elang milik AMMN.

Direktur dan Chief Administrative Officer Medco Energi Internasional, Amri Siahaan, menjelaskan bahwa kerugian yang dialami oleh AMMN selama semester pertama 2025 berdampak signifikan terhadap penurunan laba perseroan. Laba bersih MEDC tercatat sebesar US$37 juta, turun dari US$201 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh rugi bersih AMMN sebesar US$31 juta.

Meski demikian, kerugian AMMN pada semester pertama 2025 mengalami penurunan dibandingkan semester pertama 2024, yang mencapai US$99 juta. Penurunan ini disebabkan oleh keterlambatan commissioning smelter baru dan fasilitas pemurnian logam mulia, serta dimulainya fase ke-8 yang masih dalam tahap awal.

Fase ke-8 yang dimaksud adalah tahap transisi strategis yang dimulai pada 2025 untuk memperpanjang usia tambang hingga 2030 dengan cadangan sekitar 460 juta ton mineral. Tahap ini ditandai oleh pengupasan batuan penutup dan penambangan awal di area pit dengan kadar logam lebih rendah, serta akan berlanjut ke bagian tengah dan dalam untuk mencapai bijih dengan kadar lebih tinggi. Amri menjelaskan bahwa karena fase ke-8 baru saja dimulai, MEDC belum bisa masuk ke dalam produksi.

Selain keterlambatan produksi smelter, penurunan kinerja juga disebabkan adanya pengeluaran dana sekitar US$8,9 juta atau setara dengan Rp146,5 miliar untuk melakukan eksplorasi lanjutan di Sumur Barramundi, di blok Beluga, Natuna Barat. Pengeluaran ini masuk dalam biaya dry hole atau eksplorasi yang tidak menghasilkan minyak atau gas.

Medco pada periode ini juga menghadapi tren penurunan harga minyak global. Pada semester pertama 2025, perseroan membukukan pendapatan kontrak penjualan migas sebesar US$1,03 miliar. Dari jumlah tersebut, 61% atau sebesar US$637 juta berasal dari penjualan ekspor, sedangkan sisanya sebesar US$396,19 juta didapat dari penjualan domestik. Penurunan realisasi harga minyak sebesar 14 persen dari sekitar US$81 per barel menjadi US$70 per barrel juga menjadi faktor utama penurunan pendapatan.

Meski begitu, ekspansi sektor bisnis migas Medco akan terus digenjot tahun ini. Capital Expenditure (Capex) atau belanja modal untuk migas sebesar US$400 juta diperuntukkan untuk proyek gas di Blok D Natuna dan Koridor, serta kegiatan pengeboran di Oman Blok 60, dan beberapa kegiatan development di Bualuang (Thailand).

Di sektor ketenagalistrikan, Capex sebesar US$30 juta akan diperuntukkan untuk menyelesaikan proyek energi listrik Batam Expansion. Sepanjang semester pertama tahun ini, Medco mencatat laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$37 juta atau sekitar Rp608,88 miliar. Nilai ini turun 81,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$201 juta.

Dari sisi pendapatan, MEDC juga mencatatkan koreksi 2,31% menjadi US$1,13 miliar atau setara Rp18,29 triliun dari US$1,16 miliar pada semester I-2024. Pendapatan kontrak dengan pelanggan menyumbang US$1,11 miliar, turun dibandingkan US$1,14 miliar pada tahun sebelumnya. Pendapatan keuangan juga sedikit turun menjadi US$23,63 juta dari US$24,30 juta.