Kesadaran Berlebihan Menguras Energi, Psikologi Jelaskan Dampak dan Cara Menghentikannya

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Apa Itu Overthinking dan Mengapa Bisa Menyebabkan Kelelahan?

Pernah merasa lelah meskipun hanya duduk diam sepanjang hari? Hal ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang mengalami overthinking. Dalam psikologi, overthinking didefinisikan sebagai keadaan di mana seseorang terjebak dalam siklus berpikir yang berlebihan hingga memengaruhi kesehatan mental dan fisik.

Menurut penelitian dari Verywell Mind (2023), overthinking terjadi ketika seseorang terlalu fokus pada kesalahan masa lalu atau khawatir berlebihan terhadap masa depan. Alih-alih menemukan solusi, pikiran justru terus berputar tanpa henti, sehingga menguras energi secara signifikan.

Mengapa Overthinking Menguras Energi?

American Psychological Association (APA) menjelaskan bahwa otak yang terus-menerus berpikir tanpa jeda akan membuat tubuh merespons seolah sedang menghadapi ancaman. Akibatnya, hormon stres seperti kortisol meningkat, yang dapat menyebabkan kelelahan, gangguan tidur, dan penurunan imunitas tubuh.

Artikel dari Halodoc (2023) menambahkan bahwa overthinking juga bisa membuat seseorang kehilangan fokus, merasa gelisah, bahkan mengalami gejala psikosomatis. Hal ini menunjukkan bahwa energi yang seharusnya digunakan untuk aktivitas produktif justru habis untuk meladeni pikiran yang tidak berhenti.

Dampak Psikologis dan Fisik dari Overthinking

Overthinking memiliki dampak yang cukup luas, baik secara psikologis maupun fisik. Beberapa efeknya antara lain:

  • Gangguan tidur: Pikiran yang tidak berhenti membuat sulit untuk tidur nyenyak.
  • Penurunan produktivitas: Terlalu lama menganalisis masalah dapat menyebabkan kesulitan dalam mengambil keputusan.
  • Kecemasan dan depresi: Riset di Psychology Today (2022) menunjukkan bahwa overthinking berkaitan dengan peningkatan risiko gangguan kecemasan.
  • Kelelahan fisik: Aktivitas otak yang berlebihan juga menguras energi tubuh, seperti yang dilaporkan oleh Medical News Today (2021).

Siapa yang Rentan Mengalami Overthinking?

Berdasarkan penelitian dari RSI Surabaya (2022), orang dengan perfeksionisme tinggi, kurang percaya diri, atau memiliki riwayat trauma cenderung lebih rentan mengalami overthinking. Selain itu, era digital dan derasnya informasi di media sosial juga turut memperparah kondisi ini.

Mengapa Kita Mudah Terjebak dalam Overthinking?

Psikolog menjelaskan bahwa otak manusia memiliki kecenderungan alami untuk mencari kepastian. Saat menghadapi masalah tanpa jawaban jelas, otak terus berputar mencari solusi. Namun, alih-alih menyelesaikan masalah, hal ini justru menciptakan “perangkap kognitif” yang membuat energi mental terkuras.

Menurut penelitian di Journal of Behavioral Decision Making (2019), individu yang sering overthinking cenderung mengalami penurunan fungsi eksekutif otak, termasuk kesulitan membuat prioritas dan mengambil keputusan cepat. Hal ini menjelaskan mengapa banyak orang merasa stuck meski sudah lama memikirkan suatu masalah.

Strategi Psikologi untuk Mengelola Overthinking

Beberapa teknik psikologi telah terbukti efektif dalam mengelola overthinking, antara lain:

  • Reframing: Mengubah sudut pandang terhadap masalah. Misalnya, bukan “Saya gagal”, melainkan “Saya sedang belajar dari kesalahan.”
  • Journaling: Menulis isi pikiran membantu menyalurkan energi mental dan memberi jarak emosional.
  • Teknik relaksasi tubuh: Seperti latihan pernapasan dalam atau progressive muscle relaxation, yang menurunkan hormon stres.
  • Membangun rutinitas sehat: Tidur cukup, olahraga, dan mengurangi konsumsi kafein terbukti membantu menstabilkan pikiran.

Pentingnya Dukungan Sosial

Studi dari APA (2022) menegaskan bahwa berbicara dengan orang terdekat bisa memecah siklus overthinking. Mendapat perspektif baru dari orang lain membantu melihat masalah secara lebih objektif. Bahkan sekadar mendengar kalimat “kamu tidak sendirian” dapat meringankan beban mental.

Overthinking memang sering dianggap bagian dari kepribadian, padahal ia bisa dikelola dengan strategi yang tepat. Pikiran yang sehat adalah yang seimbang antara logika dan ketenangan batin. Dengan melatih mindfulness, membangun rutinitas sehat, serta mencari dukungan sosial, energi yang biasanya terkuras karena overthinking bisa dialihkan menjadi kekuatan untuk berkembang. Pada akhirnya, bukan banyaknya pikiran yang menentukan kualitas hidup, melainkan bagaimana kita mengelola pikiran itu agar tetap memberi ruang bagi ketenangan, produktivitas, dan kebahagiaan.