
Mengenal Lima Jenis Imposter Syndrome yang Bisa Membuat Seseorang Meragukan Kemampuannya Sendiri
Imposter syndrome adalah kondisi psikologis di mana seseorang merasa tidak layak atau tidak pantas atas pencapaian yang telah diraihnya, meskipun ada bukti jelas bahwa mereka memiliki kemampuan dan keterampilan. Dr. Valerie Young, seorang ahli terkemuka dalam bidang ini, menjelaskan bahwa sindrom ini tidak hanya muncul dalam satu bentuk saja. Berdasarkan penelitiannya, imposter syndrome dapat diklasifikasikan ke dalam lima tipe utama. Setiap tipe menunjukkan cara berbeda bagaimana seseorang merasa seperti penipu meskipun sudah berhasil mencapai sesuatu.
Mengenali tipe yang paling menggambarkan diri sendiri bisa menjadi langkah penting untuk mengatasi rasa ragu dan membangun kepercayaan diri. Berikut ini adalah kelima jenis imposter syndrome yang sering dialami oleh banyak orang:
1. The Perfectionist
Tipe pertama yang paling umum adalah The Perfectionist. Orang dengan tipe ini percaya bahwa apa pun yang kurang dari sempurna dianggap tidak cukup baik. Meskipun telah mencapai banyak hal, mereka tetap merasa seperti penipu karena menurut standar pribadi mereka, selalu ada yang bisa diperbaiki.
Perfeksionisme ini sering membuat mereka kesulitan menerima pujian atau pencapaian, karena mereka yakin bahwa hasil mereka belum mencerminkan potensi maksimal. Kebiasaan ini menciptakan celah antara persepsi diri dan apa yang dilihat orang lain.
2. The Expert
Tipe The Expert dalam imposter syndrome sering merasa tidak layak disebut ahli hanya karena belum mengetahui segalanya tentang suatu topik. Meskipun memiliki pengalaman dan pencapaian yang solid, mereka tetap merasa belum cukup sebagai pakar.
Perasaan ini muncul karena fokus berlebihan terhadap apa yang belum diketahui, bukan pada apa yang sudah berhasil dicapai. Akibatnya, rasa percaya diri terganggu, dan pencapaian diri terasa kurang berarti.
3. The Natural Genius
Pada tipe The Natural Genius, seseorang merasa seperti penipu bukan karena kurang usaha, melainkan karena tidak percaya bahwa kecerdasan atau kemampuan mereka datang secara alami. Mereka menilai diri berdasarkan seberapa cepat dan mudah mereka menguasai sesuatu.
Jika butuh waktu lebih lama untuk memahami sebuah keterampilan atau mengalami kesulitan di awal, mereka langsung merasa tidak cukup pintar dan karena itu, merasa tidak pantas atas kesuksesan yang diraih. Bagi mereka, jika tidak dapat langsung berhasil, maka berarti mereka gagal.
4. The Soloist
Tipe The Soloist dalam imposter syndrome muncul ketika seseorang merasa tidak layak hanya karena membutuhkan bantuan orang lain. Bagi mereka, meminta bantuan dianggap sebagai tanda kelemahan atau ketidakmampuan.
Jika kamu merasa gagal hanya karena tidak bisa mencapai sesuatu sendirian, maka kamu mungkin termasuk dalam tipe ini. Padahal, kolaborasi dan dukungan menjadi bagian alami dari proses belajar dan berkembang. Namun, dorongan kuat untuk mandiri justru membuatmu mempertanyakan kemampuan diri sendiri, dan pada akhirnya merasa seperti penipu.
5. The Superperson
Tipe The Superhero dalam sindrom penipu ditandai dengan keyakinan bahwa kamu harus selalu bekerja lebih keras dari siapa pun atau mencapai hasil tertinggi dalam segala hal. Jika tidak, maka kamu merasa tidak cukup layak dan mulai meragukan diri sendiri.
Bagi mereka yang termasuk dalam tipe ini, kesuksesan hanya dianggap sah jika diraih melalui kerja keras tanpa henti. Mereka cenderung mengukur nilai diri berdasarkan produktivitas dan pencapaian, dan ketika tidak memenuhi standar itu, muncul perasaan seolah-olah mereka hanyalah penipu.
Dengan memahami tipe-tipe ini, setiap individu bisa lebih sadar akan pola pikir yang muncul dan mengambil langkah-langkah untuk memperkuat keyakinan diri serta mengurangi rasa ragu yang sering menghambat perkembangan pribadi.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!