
Kandidat Kuat Ketua DPC PDIP Solo Muncul dari Berbagai Latar Belakang
Dalam proses pemilihan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Solo, beberapa nama muncul sebagai kandidat terkuat. Salah satu yang menjadi sorotan adalah Teguh Prakosa, mantan Wali Kota Solo, dan putra FX Hadi Rudyatmo, Rheo Fernandez. Keduanya diusulkan oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) tingkat kecamatan sebagai calon utama.
Selain Teguh dan Rheo, ada juga Budi Prasetyo, Ketua DPRD Surakarta, serta Roy Saputra, Sekretaris PAC PDIP Banjarsari. Meski ketiga nama tersebut masuk dalam daftar usulan, dukungan mereka tidak sebesar Teguh dan Rheo.
Rheo Fernandez mengungkapkan bahwa dirinya mendapatkan dukungan dari lima PAC, sama seperti Teguh Prakosa. Sementara itu, Budi Prasetyo hanya meraih empat dukungan, kecuali dari PAC Banjarsari. Roy Saputra sendiri hanya muncul di PAC Banjarsari.
Rheo menilai bahwa basis massa antara dirinya dan ayahnya, FX Rudy, hampir serupa. Ia yakin dapat menjaga soliditas kader jika kepemimpinan beralih kepadanya. “Basis massa Pak Rudy dan saya hampir sama. Mereka masih solid mendukung PDI Perjuangan,” ujarnya saat ditemui di Kantor DPC PDIP Solo.
Meskipun optimis, Rheo menyadari bahwa pengalamannya masih minim. Ia berkomitmen untuk melakukan safari politik ke tokoh-tokoh senior agar bisa belajar dan memperoleh arahan. “Saya ingin mengenal dekat dengan senior partai. Jika terpilih, saya akan sowan ke tokoh senior dan meminta saran, kritik, serta petunjuk arahan,” jelas Rheo.
Sebagai figur muda, Rheo ingin memperkuat peran anak muda dalam struktur partai. Ia berencana membuka ruang kolaborasi antara generasi muda dan senior agar kebijakan partai lebih inklusif. “Jika dipercaya, saya akan berkomunikasi dengan teman-teman muda. Pandangan anak muda berbeda dengan senior. Saya ingin berkolaborasi antara tokoh muda dan senior. Meskipun mereka kaya pengalaman, anak muda ini belum ada tempat atau sudah ikut tapi belum diperhatikan. Ini yang harus dirangkul,” tambahnya.
Di sisi lain, Teguh Prakosa, yang kini menjabat sebagai Plt Ketua DPC PDIP Solo, menekankan bahwa setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan masing-masing. Ia menilai gaya konfrontatif FX Rudy tidak harus menjadi acuan bagi penerusnya. “Saya kira style orang tidak sama. Tujuan mungkin sama, tapi cara kerja dan komunikasi harus sesuai dengan kepribadian siapa pun yang dipilih DPP. Karena kewenangan tidak di tangan kita,” jelas Teguh.
Teguh bergabung dengan PDIP sejak 2005, hanya lima tahun setelah FX Rudy. Ia menyebut pengalamannya bersama Jokowi dan Rudy menjadi bekal kuat dalam memimpin DPC. “Bagi kami, mengikuti di bawah satu strip. Jika beliau 2000, saya 2005. Pak Jokowi dan Pak Rudy di Balaikota, saya sudah di DPC. Itulah yang ditransformasikan saya dipercaya mengasuh teman-teman DPC dan itu solid,” tuturnya.
Proses penjaringan calon ketua DPC PDIP Solo telah selesai pada Senin, 8 September 2025, dan dilakukan secara daring. Setelah itu, para calon akan mengikuti tes psikologi yang dijadwalkan oleh DPP. Hasilnya akan menentukan tiga nama, di mana satu akan ditetapkan sebagai ketua, sedangkan dua lainnya akan menempati posisi struktural seperti sekretaris, bendahara, atau wakil ketua.
Di tingkat DPC Solo, muncul sejumlah nama baru yang diusulkan oleh PAC, menandai potensi pergeseran kepemimpinan. Nama-nama tersebut antara lain Teguh Prakosa, Rheo Fernandez, Roy Saputra, dan Budi Prasetyo. Kemunculan figur-figur baru ini merupakan hasil dari proses kaderisasi internal PDIP Solo selama beberapa tahun terakhir. Penentuan akhir siapa yang akan menjabat sebagai ketua DPC akan sepenuhnya menjadi kewenangan DPP PDIP.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!