
Apa Itu Hiperakusis dan Bagaimana Pengaruhnya pada Kehidupan Sehari-hari?
Bayangkan jika suara tawa anak, bunyi piring beradu di dapur, atau bahkan gemericik hujan terdengar begitu menusuk telinga hingga terasa sakit. Bagi sebagian orang, pengalaman ini nyata dan sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Kondisi ini disebut hiperakusis, yaitu gangguan sensitivitas pendengaran di mana suara normal yang biasanya tidak menimbulkan masalah bagi orang lain justru terasa sangat keras, tidak nyaman, bahkan menyakitkan. Hiperakusis bukan sekadar “telinga sensitif” biasa, melainkan suatu kelainan yang memengaruhi cara otak dan telinga memproses suara.
Hiperakusis lebih sering terjadi daripada yang diperkirakan banyak orang. Di populasi umum, prevalensinya diperkirakan antara dua hingga tujuh belas persen. Angka ini bisa meningkat tajam pada kelompok tertentu, misalnya musisi, pekerja pabrik, atau profesi yang sehari-hari terpapar kebisingan. Pada anak-anak, angka kejadiannya juga cukup tinggi, bahkan dilaporkan bisa mencapai lebih dari empat puluh persen. Hiperakusis juga sering berjalan berdampingan dengan tinnitus, yaitu kondisi telinga berdenging; hingga delapan puluh persen penderita hiperakusis ternyata juga memiliki keluhan tersebut.
Penyebab Hiperakusis
Penyebab hiperakusis sangat beragam. Sebagian pasien mengalami keluhan setelah lama terpapar suara keras, misalnya karena bekerja di lingkungan bising atau terlalu sering menonton konser musik tanpa pelindung telinga. Ada juga yang mengalaminya setelah cedera kepala, infeksi, atau penyakit saraf tertentu seperti migrain atau Bell’s palsy. Pada kondisi genetik tertentu, misalnya sindrom Williams atau autisme, hiperakusis juga lebih sering ditemukan. Mekanisme yang terjadi adalah sistem saraf pendengaran menjadi terlalu peka, sehingga suara yang seharusnya biasa justru dianggap sebagai ancaman dan memicu rasa tidak nyaman.
Dampak pada Kehidupan Sehari-hari
Dampak hiperakusis pada kehidupan sehari-hari tidak bisa dianggap sepele. Banyak penderita mengaku sulit beraktivitas di tempat umum, menghindari restoran atau pasar, dan bahkan menarik diri dari pergaulan sosial karena takut telinganya sakit saat mendengar suara tertentu. Hal ini sering menimbulkan masalah psikologis, mulai dari rasa cemas hingga depresi. Kehidupan rumah tangga juga bisa terganggu—misalnya orang tua yang tidak tahan mendengar suara anaknya sendiri bermain atau tertawa, sehingga muncul rasa bersalah dan stres tambahan.
Diagnosis dan Pengobatan
Sayangnya, diagnosis hiperakusis tidak selalu mudah. Belum ada panduan resmi yang seragam, dan banyak tenaga medis yang merasa belum cukup terlatih dalam menangani kondisi ini. Umumnya, dokter THT atau audiolog akan memeriksa batas kenyamanan suara pasien menggunakan alat khusus. Jika pasien merasa terganggu pada intensitas suara yang sebenarnya normal, hasil tersebut bisa mendukung diagnosis hiperakusis.
Meski belum ada obat yang bisa benar-benar menyembuhkan, ada beberapa cara untuk membantu penderita hiperakusis menjalani hidup lebih baik. Salah satunya adalah terapi suara, yaitu membiasakan telinga dengan mendengarkan suara lembut secara bertahap agar otak kembali terbiasa dengan suara sehari-hari. Selain itu, terapi kognitif-perilaku atau konseling juga terbukti membantu mengurangi rasa takut dan kecemasan. Pada pasien yang juga memiliki gangguan pendengaran, alat bantu dengar dengan fitur khusus bisa dipakai untuk menyeimbangkan suara. Tidak kalah penting, penderita juga perlu menjaga gaya hidup sehat: tidur cukup, mengelola stres, berolahraga, dan menghindari paparan bising berlebihan.
Peran Dokter Umum dalam Mengenali Gejala Awal
Di tingkat layanan kesehatan primer, dokter umum memegang peranan penting dalam mengenali gejala awal hiperakusis. Keluhan sederhana seperti “telinga sakit saat mendengar suara keras” seharusnya tidak diabaikan. Edukasi pasien bahwa kondisi ini nyata dan bisa dikelola adalah langkah pertama. Selanjutnya, dokter umum dapat merujuk pasien ke spesialis THT, audiolog, atau psikolog sesuai kebutuhan. Dengan kolaborasi yang baik, penderita hiperakusis bisa mendapat pertolongan lebih cepat dan mengurangi dampak buruk pada kehidupan sosial maupun mentalnya.
Pentingnya Kesadaran Publik
Hiperakusis mungkin belum banyak dikenal masyarakat, tetapi kenyataannya cukup sering terjadi dan bisa menurunkan kualitas hidup secara drastis. Meningkatkan kesadaran publik, terutama melalui media kesehatan dan kanal berita, penting agar masyarakat mengenali gejala lebih dini dan tidak ragu mencari pertolongan. Dengan pemahaman yang baik dan penanganan yang tepat, penderita hiperakusis tetap bisa menikmati suara dunia tanpa harus terus hidup dalam ketakutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!