
Tingkat Kekhawatiran terhadap Gempa Bumi di Jawa Barat
Di wilayah Jawa Barat, intensitas gempa bumi terus meningkat. Hal ini didasarkan pada data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat. Ancaman gempa bumi khususnya mengancam daerah-daerah yang berada di sekitar sesar atau bidang rekahan pada kerak bumi, seperti Kabupaten Subang.
Ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Subang, Jajang Abdul Muhamimin, menyampaikan pentingnya tata ruang untuk bangunan, terutama yang memiliki tinggi, agar sesuai dengan aturan yang ada. Ia menegaskan bahwa tidak boleh membangun di wilayah sesar guna mencegah dampak dari gempa bumi.
Data BPS mencatat bahwa jumlah bencana gempa bumi di Jawa Barat dalam lima tahun terakhir mencapai 29 kali. Tahun 2023 menjadi tahun dengan kejadian terbanyak, yaitu sebanyak 13 kali, sementara pada tahun 2024 jumlahnya berkurang menjadi 6 kali. Dari total tersebut, sebanyak 32.715 orang warga terdampak gempa bumi, termasuk yang mengalami luka-luka, meninggal dunia, atau mengalami kerusakan pada bangunan tempat tinggal mereka.
Jajang menekankan bahwa dampak bencana gempa bumi dapat diminimalisasi melalui berbagai upaya mitigasi yang dilakukan pemerintah dan masyarakat. Upaya tersebut mulai dari program edukasi hingga pengadaan fasilitas dan peralatan kebencanaan. Ia juga meminta pemerintah untuk lebih memperhatikan anggaran mitigasi bencana di desa-desa, yang bisa digunakan untuk pelatihan kebencanaan, persiapan alat pendukung, serta penyediaan jalur evakuasi.
Program mitigasi bencana juga dilaksanakan oleh Tagana Subang, yang berada di bawah Dinas Sosial dan Kementerian Sosial. Salah satu inisiatifnya adalah pembentukan kampung atau kawasan siaga bencana (KSB). Sampai saat ini, terdapat 29 titik KSB di wilayah Subang, mulai dari tingkat desa hingga kecamatan. Program ini mirip dengan Desa Tangguh Bencana yang dicanangkan BPBD.
Selain itu, Tagana Subang akan melakukan program Kemensos Tagana masuk sekolah pada bulan Oktober-November 2025, untuk memberikan edukasi tentang kebencanaan kepada siswa-siswi.
Jajang berharap masyarakat lebih waspada terhadap ancaman bencana alam dan bersama-sama membantu Tagana Subang yang saat ini hanya memiliki 110 personel di seluruh wilayah.
Langkah Antisipatif di Purwakarta
Di Purwakarta, langkah antisipatif juga dilakukan oleh Kepala Pelaksana BPBD Purwakarta, Heryadi Erlan. Ia menjelaskan bahwa kegiatan sosialisasi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) digelar di wilayah rawan bencana, terutama di desa yang berpotensi terkena dampak pergerakan Sesar Lembang. Beberapa desa yang menjadi fokus antara lain Desa Pusakamulya Kecamatan Kiarapedes, Desa Bakangan Kecamatan Wanayasa, Desa Bojongtimur Kecamatan Bojong, dan beberapa desa lainnya.
Erlan menyampaikan bahwa pihaknya memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya upaya mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Selain itu, mereka juga mengajarkan praktik evakuasi mandiri jika terjadi bencana.
Selain itu, pihak BPBD Purwakarta akan memasang rambu-rambu informasi bencana di daerah rawan. Langkah ini juga mencakup pembuatan jalur evakuasi serta titik kumpul di setiap wilayah. Program ini dilakukan setelah terjadi gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,9 pada pukul 19.54, Rabu 20 Agustus 2025 malam lalu.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!