Indonesia Uji Teknologi Penangkap Karbon: Langkah Baru Kurangi Emisi dan Impor

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Inisiatif Teknologi CCU di Petrokimia Gresik sebagai Langkah Menuju Industri Hijau

Indonesia terus memperkuat komitmennya dalam menghadapi perubahan iklim dengan mengambil langkah-langkah strategis. Salah satu inisiatif yang menarik perhatian adalah uji coba teknologi Carbon Capture and Utilization (CCU) di Petrokimia Gresik. Proyek ini bertujuan untuk menjawab dua tantangan sekaligus, yaitu mengurangi emisi karbon industri dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku penting.

Teknologi CCU bekerja dengan cara menangkap karbon dioksida dari proses produksi industri, lalu mengolahnya menjadi produk bernilai tambah seperti soda ash dan baking soda. Kedua bahan tersebut sangat dibutuhkan di dalam negeri, khususnya untuk industri kaca dan deterjen. Saat ini, kebutuhan akan kedua komoditas ini mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun, namun seluruh pasokannya masih berasal dari impor.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Eko S.A. Cahyanto, menyampaikan bahwa melalui teknologi ini, limbah karbon yang selama ini dianggap sampah bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku strategis. Hal ini disampaikannya dalam forum Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025.

Menurut Kemenperin, keberhasilan proyek ini sangat penting bagi upaya percepatan target Net Zero Emission (NZE) 2050. Target ini kini dipercepat 10 tahun lebih awal dari komitmen awal Indonesia (2060). Dengan demikian, Indonesia berkomitmen untuk mencapai netral karbon lebih cepat daripada yang direncanakan sebelumnya.

Direktur Utama Petrokimia Gresik, Daconi Khotob, menjelaskan bahwa fasilitas CCU yang baru berjalan sekitar satu bulan ini ditargetkan mampu menyerap 20.000 ton karbon dioksida per tahun dan menghasilkan 50.000 ton soda ash. Jika berhasil, proyek ini akan dikembangkan dalam skala yang lebih luas.

“Sebagai perusahaan dengan kapasitas produksi hingga 11 juta ton per tahun, potensi emisi karbon kami sangat besar. Tanpa upaya pengendalian, bisa mencapai 2 juta ton karbon dioksida per tahun,” ujar Daconi.

Hingga 2025, berbagai langkah dekarbonisasi yang sudah dijalankan oleh Petrokimia Gresik baru berhasil menekan sekitar 400 ribu ton CO₂ ekuivalen. Masih tersisa 1,6 juta ton emisi yang perlu ditangani lewat inovasi seperti CCU.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menegaskan bahwa teknologi CCU merupakan solusi strategis untuk mendukung peta jalan dekarbonisasi nasional. “Teknologi ini bukan hanya mendukung target NZE, tetapi juga memberi nilai tambah ekonomi,” kata Agus.

Namun, implementasi CCU tidak tanpa kendala. Beberapa perusahaan dikabarkan mundur dari proyek percontohan karena khawatir gagal. Petrokimia Gresik menjadi salah satu yang berani melangkah maju bersama Kemenperin dan mitra teknologi asal Taiwan, Uwin Resource Regeneration Inc.

Proyek ini diharapkan tidak hanya mengurangi emisi dan mengurangi ketergantungan impor, tetapi juga membuka peluang penguasaan teknologi penangkapan karbon serta pengembangan mesin CCU di dalam negeri.

Di tingkat global, CCU menjadi salah satu teknologi yang banyak didorong dalam transisi energi, sejalan dengan komitmen dunia menekan laju pemanasan global. Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil emisi karbon terbesar di Asia Tenggara, menghadapi tekanan untuk mempercepat transisi energi hijau sekaligus menjaga daya saing industri. Dengan proyek CCU di Petrokimia Gresik, Indonesia menunjukkan komitmennya dalam menjawab tantangan lingkungan dan ekonomi secara bersamaan.