Guru SMP Di Aceh Diduga Aniaya Murid, Sahroni Minta Pemeriksaan Kesehatan Mentalnya

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Peristiwa Kekerasan di Sekolah yang Menggemparkan Masyarakat

Sebuah kejadian tidak terduga terjadi di sebuah sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 1 Bandar Baru, Aceh. Seorang guru berinisial M alias PS diduga melakukan tindakan penganiayaan terhadap seorang siswanya. Kejadian ini terjadi saat korban sedang menunggu pembagian Makanan Bergizi (MBG). Akibat peristiwa tersebut, orang tua korban langsung melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian.

Kasus ini mendapat perhatian serius dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni. Ia menegaskan bahwa lingkungan sekolah harusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi para siswa. Tidak boleh ada bentuk kekerasan yang terjadi di dalamnya.

“Sebagai seorang ayah, saya bisa memahami rasa marah orang tua korban ketika anaknya kembali dalam keadaan terluka berat. Sekolah seharusnya menjadi tempat belajar dan ruang aman. Oleh karena itu, saya meminta polisi segera menindaklanjuti laporan ini dengan serius dan pastikan pelaku bertanggung jawab di depan hukum,” ujar Sahroni pada Senin (25/8).

Selain itu, politikus Partai NasDem ini juga menyarankan adanya pemeriksaan kesehatan mental terhadap pelaku. Menurutnya, penyerangan terjadi tanpa alasan jelas, sehingga perlu diketahui apakah ada faktor psikologis yang menyebabkan tindakan tersebut.

“Harus diusut juga kenapa gurunya melakukan penganiayaan tersebut. Jika pun sebagai hukuman, tindakan ini tidak masuk akal. Oleh karena itu, jika diperlukan, guru tersebut juga perlu diperiksa kesehatan mentalnya,” tambahnya.

Penolakan Upaya Damai oleh Keluarga Korban

Sahroni juga menyoroti pentingnya menghormati keinginan keluarga korban yang menolak upaya damai. Hal ini dilakukan karena korban mengalami luka parah hingga gendang telinganya sobek.

“Polisi harus tegak lurus pada korban. Tidak boleh ada intimidasi atau tekanan. Ingat, korban dan keluarganya sudah tegas menolak damai, maka hukum harus ditegakkan setegas-tegasnya. Kita semua ingin anak-anak merasa aman di sekolahnya, bukan justru mendapat perlakuan yang melukai, apalagi dari guru mereka sendiri,” tutup Sahroni.

Langkah yang Harus Diambil

Dari kasus ini, beberapa langkah penting perlu diambil untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Pertama, penyelidikan yang transparan dan cepat perlu dilakukan oleh pihak kepolisian. Kedua, diperlukan pemeriksaan kesehatan mental terhadap pelaku agar dapat dipahami penyebab tindakan tersebut.

Selain itu, penting juga untuk memberikan perlindungan dan dukungan psikologis bagi korban dan keluarganya. Pihak sekolah juga harus meningkatkan pengawasan dan pengelolaan lingkungan belajar agar kekerasan tidak terjadi lagi.

Tindakan seperti ini juga menjadi pengingat bagi seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk senantiasa menjaga nilai-nilai etika dan kesopanan dalam interaksi antara guru dan siswa. Dengan demikian, lingkungan sekolah tetap menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi para peserta didik.