
Masyarakat Resah Akibat Kematian Balita, Generasi Z Ramai Konsumsi Obat Cacing
Banyak masyarakat kini merasa khawatir setelah terjadi kasus kematian seorang balita akibat telat penanganan penyakit kecacingan. Kejadian ini memicu perbincangan hangat di berbagai kalangan, terutama di kalangan generasi muda. Rasa takut akan bahaya cacingan kini menjadi topik yang sering dibahas di media sosial.
Beberapa konten di media sosial menunjukkan bahwa banyak generasi Z mulai membeli dan mengonsumsi obat cacing untuk mencegah infeksi cacing gelang. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran baru, karena penggunaan obat cacing tanpa indikasi medis bisa menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
DR Dr Riyadi, SpA Subs IPT (K) MKes, anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI, memberikan peringatan kepada masyarakat agar tetap bijak dalam menggunakan obat cacing. Menurutnya, minum obat cacing hanya diperbolehkan jika ada gejala yang muncul. Untuk anak usia 1 tahun hingga dewasa, penggunaan obat cacing bisa dilakukan, namun harus dengan rekomendasi dokter.
“Untuk anak di bawah 1 tahun, obat yang aman adalah pirantel pamoat. Namun, untuk anak di atas 1 tahun dan orang dewasa, konsumsi obat sebaiknya dilakukan atas saran dokter,” ujarnya dalam wawancara virtual.
Obat cacing termasuk dalam kategori obat antimikroba yang bekerja melawan mikroorganisme. Sama seperti antibiotik, obat ini tidak boleh digunakan sembarangan. Jika digunakan secara berlebihan tanpa indikasi yang jelas, bisa menyebabkan resistensi. Meskipun saat ini belum ada bukti nyata, kita perlu waspada.
Selain itu, setiap obat pasti memiliki efek samping, meski kecil. Oleh karena itu, jika tidak ada gejala, lebih baik tidak mengonsumsinya. Ia juga menekankan pentingnya mengikuti rekomendasi resmi dari tenaga kesehatan atau dinas kesehatan setempat.
“Ikuti indikasi dan anjuran yang diberikan dokter atau otoritas kesehatan. Jangan hanya ikut-ikutan tren di media sosial,” tegasnya.
Lebih lanjut, dr. Riyadi menjelaskan cara kerja obat cacing. “Rata-rata obat cacing bekerja dengan membuat larva terbunuh atau menghambat kemampuan cacing menyerap glukosa. Jadi cacing tidak mendapatkan gula, kemudian mati secara alamiah. Itu wajar jika cacing keluar bersama feses. Justru bagus, berarti obat bekerja, yang berbahaya kalau cacingnya malah mati dan menyumbat di dalam usus,” paparnya.
Kasus kematian balita akibat kecacingan ini diharapkan menjadi pengingat pentingnya deteksi dini dan penanganan medis yang tepat. Cacingan bukanlah penyakit sepele, namun juga tidak bisa ditangani dengan konsumsi obat secara asal.
Peran orang tua dalam menjaga kebersihan anak, memperhatikan pola makan, serta rutin melakukan pemeriksaan kesehatan sangatlah penting untuk mencegah penyakit ini. Dengan kesadaran yang tinggi dan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko kecacingan bisa diminimalisir.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!