Gempa Karawang-Bekasi dari Sesar Tua 5 Juta Tahun

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penyebab Gempa Karawang-Bekasi yang Mengguncang Wilayah Jawa Barat

Gempa bumi yang terjadi di wilayah Karawang dan Bekasi pada Rabu, 20 Agustus 2025, menimbulkan kerusakan di beberapa daerah. Gempa ini dipicu oleh aktivitas Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat (West Java Back-arc Thrust). Sesar ini telah aktif selama jutaan tahun dan gempa terkini berasal dari bagian yang dikenal sebagai Segmen Citarum.

Sonny Aribowo, peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengonfirmasi pernyataan sebelumnya dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai penyebab gempa tersebut. Ia menyatakan bahwa sesar gempa ini sudah aktif sejak zaman Pliosen, sekitar 5 juta tahun lalu. "Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa sesar gempa ini sudah ada sejak jutaan tahun silam," ujarnya saat dihubungi pada Senin, 25 Agustus 2025.

Sesar Naik Busur Belakang Jawa membentang dari selatan Jakarta hingga ke Surabaya. Bahkan, patahan gempa ini kemungkinan besar terhubung dengan Sesar Naik Busur Belakang Flores. Sesar terakhir ini pernah memicu gempa merusak di Lombok pada 2018.

Menurut Sonny, Sesar Naik Busur Belakang Jawa tidak hanya terdiri dari satu garis. Dalam penelitiannya, ia menjelaskan bahwa terdapat 12 segmen atau bagian dalam sesar tersebut, salah satunya adalah Segmen Citarum. "Gempa yang berpusat 19 kilometer arah tenggara Kabupaten Karawang pada 20 Agustus lalu bukan bagian dari Sesar Baribis, karena ada segmen sendiri bernama Segmen Baribis," jelasnya.

Berdasarkan Ekspedisi Sesar Baribis yang dilakukannya pada tahun lalu, Sonny menemukan jejak sesar di Ujung Jaya atau dekat Gunung Tampomas, Jawa Barat. Ia juga menemukan permukaan batuan yang seperti dipoles halus akibat proses slip atau gesekan (slickenside) di Cirebon, serta singkapan di Subang, tepatnya di Sungai Cipunegara dan di Sungai Cipeer.

"Salah satu bukti aktivitas sesar ini adalah adanya gempa M4,7 yang mengguncang Karawang-Bekasi pada 20 Agustus lalu," tambahnya.

Menurut Sonny, West Java Back-arc Thrust pernah mengalami lima kali gempa besar dalam 50 ribu tahun terakhir. Namun, kapan lagi potensi gempa akan terjadi tetap menjadi misteri. "Namun, mulai sekarang kita bisa membangun proyek mitigasi yang masif dan pembangunan yang lebih baik," ujarnya.

Dalam keterangan terpisah, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyebutkan bahwa gempa merusak sebelumnya di Karawang dan Bekasi terjadi pada 1862. Estimasi magnitudo sekitar M5,8. Sayangnya, gempa ini tidak terdokumentasi dengan baik seperti gempa kuat masa lalu lainnya.

Sebagaimana diketahui, gempa M4,7 pada 20 Agustus dirasakan lebih luas hingga Jakarta dan sekitarnya. Kerusakan juga dilaporkan dari wilayah Bandung Barat. Hal ini menunjukkan bahwa gempa yang terjadi tidak hanya memengaruhi wilayah Karawang dan Bekasi, tetapi juga daerah-daerah sekitarnya. Dengan demikian, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran akan risiko gempa dan melakukan langkah-langkah mitigasi secara dini.