Festival Hantu Kelaparan 2025: Tradisi, Larangan, dan Cerita di Balik Perayaan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Festival Hantu dalam Budaya Tionghoa

Setiap negara, budaya, ras, dan suku bangsa memiliki sejarah yang unik dan berbeda satu sama lain. Dari sejarah tersebut, mereka juga memiliki berbagai perayaan atau festival yang menjadi bagian dari tradisi masing-masing. Dalam budaya yang sangat menghargai nilai keluarga dan menjunjung tinggi peran orang tua, kakek nenek, hingga leluhur, biasanya mereka memiliki hari khusus untuk merayakan para leluhur yang telah tiada.

Salah satu contohnya adalah Festival Hantu atau Bulan Hantu, yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa. Festival ini dikenal dengan nama Zhong Yuan Festival atau Gui Yue dalam kalender Tiongkok. Perayaan ini jatuh pada bulan ketujuh dalam kalender Tiongkok setiap tahunnya. Pada tahun 2025, Bulan Hantu akan dimulai pada tanggal 23 Agustus hingga 21 September dalam kalender Gregorian.

Periode ini dianggap sebagai waktu paling menakutkan bagi masyarakat Tionghoa. Mereka percaya bahwa pada bulan ini, Gerbang Neraka terbuka lebar, sehingga para hantu leluhur dan hantu kelaparan dapat masuk ke alam kita. Para leluhur akan pulang kembali ke rumah dan mengunjungi keluarganya, sementara para hantu tanpa tempat kembali dan lapar akan mencari makanan serta korban.

Festival ini diakhiri dengan doa-doa yang dibacakan oleh pendeta, yang juga menjadi tanda bahwa Gerbang Neraka akan ditutup. Para hantu kemudian dipaksa kembali ke neraka hingga tahun depan, ketika gerbang kembali terbuka.

Hari utama dalam festival ini jatuh pada hari ke limabelas bulan tersebut, yang disebut sebagai Hari Hantu atau Pudu di Taiwan.

Pantangan dalam Merayakan Festival Hantu

Ada beberapa pantangan yang harus diperhatikan oleh masyarakat Tionghoa saat merayakan festival ini. Beberapa pantangan yang umum diketahui antara lain:

  • Jangan berenang di sungai, danau, atau laut.
  • Jangan bersiul atau menggantung lonceng angin.
  • Jangan menikah pada bulan ini.
  • Jangan pindah rumah atau membeli rumah pada bulan ini.

Selain itu, ada pantangan tambahan yang disarankan untuk dihindari, seperti:

  • Jangan menangis di malam hari karena bisa mengundang hantu.
  • Jangan menepuk pundak seseorang karena bisa membuat api dalam tubuh mereka mati, sehingga rentan diganggu hantu.
  • Jangan memanggil orang lain dengan nama lengkapnya karena hantu bisa mendengarnya.
  • Jangan keluar rumah pada malam hari karena rawan diganggu hantu.
  • Jangan membicarakan hantu di malam hari karena bisa mengundang mereka.
  • Jangan menggantung baju di luar rumah pada malam hari karena bisa tersentuh hantu dan membawa sial.
  • Jangan naik bus atau kereta terakhir pada malam hari karena sering diisi oleh hantu.
  • Jangan mengambil uang di pinggir jalan karena bisa jadi uang hantu.
  • Jangan memakan makanan di meja persembahan karena bisa membawa sial.

Untuk melindungi diri dari gangguan hantu, banyak orang yang membawa jimat, tasbih, garam kasar, dan alat-alat pelindung lainnya.

Legenda dan Asal-usul Festival Hantu

Menurut cerita yang beredar, Ksitigarbha Bodhisattva, tokoh penting dalam Buddhisme Taiwan, dianggap sebagai sosok yang membuka Gerbang Neraka agar roh-roh dapat berkunjung ke dunia manusia. Meskipun begitu, festival ini sudah ada sejak zaman Dinasti Shang (1600–1046 SM) dalam sejarah Tiongkok. Pada masa itu, orang-orang akan bertanya kepada leluhur mereka dengan mengukir aksara di cangkang kura-kura atau tulang hewan. Cangkang dan tulang-tulang tersebut kemudian dipanaskan, dan retakan yang terbentuk dianggap sebagai jawaban dari leluhur.

Dalam budaya pengikut agama Konghucu, para roh dihormati, tetapi mereka menjaga jarak antara roh dan tubuh fisik. Oleh karena itu, banyak ditemukan altar-altar untuk leluhur di rumah-rumah pengikut Konghucu. Altar-altar ini biasanya berisi makanan, minuman, mangkok tembaga untuk membakar uang, serta tempat untuk dupa.

Konsep "Hantu Kelaparan"

Konsep "hantu kelaparan" berasal dari mitologi India, terkait dengan karma. Orang-orang yang berlaku jahat atau memiliki karma buruk akan dikutuk memiliki perut besar namun mulut dan tenggorokan sempit, sehingga kesulitan makan. Sementara itu, orang-orang yang baik hanya tinggal di salah satu alam neraka Buddha.

Di Taiwan, legenda ini mulai bercampur dengan agama asli Tiongkok dan dianggap sebagai roh-roh yang tidak memiliki keluarga, sehingga tidak mendapatkan persembahan.