Emiten Otomotif Hadapi Tantangan, Ini Rekomendasinya

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Tantangan dan Peluang di Sektor Otomotif Indonesia

Sektor otomotif di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang cukup signifikan pada semester kedua tahun 2025. Ketidakpastian ekonomi, harga kredit kendaraan yang tinggi, serta persaingan harga antar merek menjadi faktor utama yang memengaruhi daya beli masyarakat. Hal ini memicu penurunan penjualan mobil baik secara wholesale maupun ritel.

Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil pada Agustus 2025 mengalami penurunan yang cukup dalam dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dalam penjualan wholesale (dari pabrik ke dealer), angka tercatat sebesar 61.780 unit, turun 19% dibandingkan Agustus 2024 yang mencapai 76.302 unit. Sementara itu, penjualan ritel (dari dealer ke konsumen) juga mengalami penurunan sebesar 13,4% menjadi 66.478 unit, dibandingkan dengan 76.806 unit pada tahun lalu.

Secara keseluruhan, dari Januari hingga Agustus 2025, total penjualan wholesale mencapai 500.951 unit, turun 10,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 560.552 unit. Penjualan ritel pun ikut menyusut sebesar 10,7% menjadi 522.162 unit, dibandingkan dengan 584.847 unit pada Januari–Agustus 2024.

Analis Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer, memproyeksikan bahwa emiten otomotif di semester II-2025 masih akan menghadapi tantangan yang cukup berat. Daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih, sementara harga kredit kendaraan tetap tinggi. Namun, tren elektrifikasi melalui kendaraan listrik bisa menjadi peluang besar untuk sektor ini. “Beberapa emiten mulai agresif meluncurkan model baru dan memperluas ekosistem baterai listrik,” ujarnya.

Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, menilai bahwa sektor otomotif diperkirakan akan mengalami penurunan penjualan secara year on year (YoY) sekitar 9% hingga 10% pada semester II-2025. Penurunan ini didukung oleh diskon akhir tahun dan penjualan BYD terutama Atto I. Namun, pelemahan daya beli masyarakat serta kondisi politik yang tidak stabil bisa semakin menekan kinerja perusahaan di sektor ini.

Selain itu, pelemahan rupiah juga menjadi ancaman bagi sektor otomotif, karena dapat menekan biaya impor komponen. Persaingan harga yang semakin ketat di segmen otomotif konvensional juga menjadi tantangan tersendiri.

Perkembangan Penjualan Merek-Merek Tertentu

Pada Agustus 2025, volume wholesale 4W mencapai 62.000 unit, naik 1% secara month on month (mom). Total volume per Agustus 2025 menjadi 501.000 unit, turun 11% YoY. Tiga merek yang berhasil meningkatkan penjualan antara lain Mitsubishi (naik 31% mom), Hyundai (naik 13% mom), dan Wuling (naik 12% mom), yang kemungkinan terdorong oleh peluncuran model baru dan penawaran diskon lebih besar.

Sebaliknya, Honda, Chery, dan merek-merek Astra mencatat penurunan volume pada Agustus 2025, sedangkan volume BYD stagnan secara mom. Volume wholesale 4W Astra turun 4% secara mom menjadi 30.600 unit, sehingga total volume per Agustus 2025 mencapai 264.000 unit (turun 17% YoY).

Menurut survei yang dilakukan oleh Aurelia Barus dari Indo Premier Sekuritas, diskon harga ASII (PT Astra International Tbk) untuk beberapa model meningkat pada Agustus 2025, meski tidak sebesar merek lain dan bahkan lebih rendah nilainya dibanding Agustus 2024. Pada Agustus 2025, pangsa pasar ASII turun menjadi 49,5% dari 52,2% pada Juli 2025, dengan pangsa pasar kumulatif per Agustus 2025 sebesar 52,7%.

Peluncuran Model Hybrid dan Prospek Ke depan

Pada 22 Agustus 2025, Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengonfirmasi rencana peluncuran Toyota Veloz Hybrid pada 2026, didukung oleh investasi baru dan potensi kerja sama pengadaan baterai. Model hybrid umumnya dihargai sekitar 20% lebih tinggi dibanding versi ICE. Dengan asumsi tambahan 20.000 unit per tahun dari model ini di tahun 2026, harga rata-rata (ASP) campuran ASII dapat naik 2,5% YoY. Peluncuran ini juga menguntungkan PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) melalui tambahan pesanan komponen.

Harry mengatakan sentimen yang perlu diperhatikan untuk mencermati kinerja otomotif di semester II antara lain daya beli masyarakat, "perang harga" antar brand mobil terutama dari chinese brand yang terus menawarkan harga yang terjangkau, kondisi politik nasional, dan diskon akhir tahun.

Miftahul menyebutkan bahwa arah kebijakan suku bunga, insentif pemerintah untuk kendaraan listrik (EV), serta perkembangan harga bahan baku utama seperti baja dan nikel juga perlu diperhatikan.

Meskipun begitu, Miftahul memperkirakan saham-saham emiten otomotif masih menarik, terutama emiten yang punya eksposur kuat ke EV, seperti PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) dan PT Astra International Tbk (ASII) yang juga relatif defensif.

Harry melihat prospek saham otomotif diekspektasi akan cukup berat menjalani sisa tahun 2025 ini. Menurutnya, rupiah yang terdepresiasi akan menurunkan margin perusahaan. “Kami merekomendasikan neutral (hold) untuk industri otomotif,” kata Harry.

Aurelia juga mempertahankan rating netral untuk sektor otomotif karena permintaan belum menunjukkan perbaikan yang berarti, dan belum ada katalis baru yang signifikan untuk ASII. “Kami masih menunggu hasil tinjauan strategis untuk ASII, yang jika lebih positif, dapat mengubah pandangan kami terhadap saham tersebut,” ucap Aurelia.

Sedangkan, Miftahul merekomendasikan Hold ASII dengan target harga Rp 5.750 per saham dan Trading Buy DRMA dengan target harga Rp 1.055 per saham.