
Perkembangan Aksi Korporasi di Sektor Rumah Sakit
Beberapa perusahaan rumah sakit di Indonesia tengah mengambil langkah strategis untuk memperluas bisnisnya. Rencana aksi korporasi, seperti pengakuisisan atau diakuisisi, mulai menunjukkan tanda-tanda keberhasilan dan meningkatkan persaingan antar emiten di sektor ini.
Salah satu contohnya adalah PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), yang dilaporkan akan mengakuisisi 14 aset rumah sakit yang berada di bawah First REIT Management Ltd. Berdasarkan riset dari Sucor Sekuritas, nilai aset tersebut diperkirakan mencapai Rp 8,5 triliun. Namun, hingga saat ini, manajemen SILO belum memberikan konfirmasi resmi terkait detail aksi korporasi ini.
Selain itu, pada 25 Juni 2025, Grup Djarum melalui PT Dwimuria Investama Andalan berhasil membeli 559.185.300 saham atau sebesar 3,63% PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL). Pembelian saham dilakukan dengan harga Rp 1.875 per saham, yang lebih tinggi dibandingkan harga pasar saat itu, yaitu Rp 1.375 hingga Rp 1.500. Dengan demikian, HEAL mendapatkan dana sebesar Rp 1,05 triliun dari transaksi ini.
Dalam paparan publik secara daring, Yulisar Khiat, Direktur Keuangan dan Pengembangan Strategis HEAL, menyatakan bahwa pihaknya masih membuka peluang untuk melakukan akuisisi rumah sakit. Meskipun tidak menyebutkan objek spesifik, opsi ini dianggap sebagai bagian dari strategi ekspansi perusahaan. Selain itu, HEAL juga merencanakan pembukaan tiga rumah sakit baru.
Strategi Ekspansi dari Pemain Lain
Tidak hanya HEAL, MIKA (PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk) juga turut mempertimbangkan opsi akuisisi sebagai bagian dari strategi ekspansinya tahun depan. Aditya Widjaja, Head of Investor Relations MIKA, menjelaskan bahwa pihaknya sedang fokus pada pertumbuhan melalui penambahan rumah sakit, sementara akuisisi menjadi salah satu alternatif.
MIKA rencananya akan membuka tiga rumah sakit baru pada kuartal III tahun 2026. Lokasi ketiganya masing-masing berada di Sidoarjo, Jakarta, dan sebuah kota di Jawa Timur yang belum diungkapkan. Progres pembangunan masing-masing rumah sakit telah mencapai 93%, 29%, dan 25%.
Untuk mendukung rencana ekspansi ini, MIKA telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 1 triliun pada tahun ini.
Persaingan yang Semakin Ketat
Menurut analisis dari Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, persaingan di antara emiten rumah sakit diperkirakan akan semakin ketat dalam beberapa tahun mendatang. Untuk tetap kompetitif, perusahaan-perusahaan ini perlu memperkuat digitalisasi layanan mereka.
Indy menyoroti akuisisi HEAL oleh Grup Djarum sebagai langkah strategis yang tidak hanya memperkuat posisi HEAL di industri kesehatan, tetapi juga membuka peluang sinergi dengan bisnis kesehatan digital lain yang dimiliki Grup Djarum, seperti Halodoc.
Selain itu, SILO dan MIKA juga dipandang sebagai pemain utama di sektor ini. Dengan ekspansi agresif dari tiga emiten besar, persaingan cenderung akan fokus pada kualitas layanan, efisiensi biaya, serta kemampuan memanfaatkan teknologi.
Prospek Jangka Panjang
Secara jangka panjang, prospek emiten rumah sakit masih cukup baik, terutama karena cakupan BPJS yang semakin luas. Namun, biaya operasional harus terus dipantau agar tidak mengganggu kinerja perusahaan.
Indy merekomendasikan investor untuk memantau saham HEAL dengan target harga Rp 1.760 per saham. Langkah-langkah strategis yang diambil oleh emiten-emiten besar ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan, namun juga tantangan dalam menjaga kualitas layanan dan efisiensi operasional.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!