Dituduh Settingan, Bram The Killer Serius Hadapi De Gadjah: Tidak Ada Persiapan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Dituduh Settingan, Bram The Killer Serius Hadapi De Gadjah: Tidak Ada Persiapan

Duel Ketua Pertina Bali dan Petinju Ambon Disoroti

Duel antara Ketua Persatuan Tinju Seluruh Indonesia (Pertina) Bali, Made Muliawan Arya atau dikenal sebagai De Gadjah, melawan Bram Hendra Betaubun, petinju asal Ambon yang pernah meraih medali emas dua kali dalam Pekan Olahraga Nasional (PON), menimbulkan berbagai spekulasi. Banyak pengguna media sosial menganggap pertandingan tersebut tidak sepenuhnya jujur dan diatur agar De Gadjah menang.

Beberapa orang menilai bahwa Bram Hendra Betaubun tidak tampil maksimal dalam ajang No Drama Fight Reborn yang digelar pada malam hari tanggal 24 Agustus 2025. Mereka juga menduga bahwa duel ini sudah direncanakan sedemikian rupa agar De Gadjah menjadi pemenang.

Namun, Bram Hendra Betaubun menepis tuduhan tersebut. Ia menjelaskan bahwa dirinya tidak pernah melakukan latihan sejak meraih gelar juara PON 2024 lalu. “Setelah saya menjuarai PON 2024, saya tidak pernah latihan atau menjaga kondisi tubuh. Saya bahkan tidak berlatih selama sekitar setahun. Bahkan, sehari sebelum pertandingan kemarin pun saya tidak tidur,” ujarnya pada Selasa 26 Agustus 2025.

Selama berada di Bali, Bram mengakui bahwa ia kurang memperhatikan kesehatannya. “Saya sering minum, keluar malam, dan kurang tidur. Saya merasa masih aman dengan kondisi fisik saya,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ia tidak mempersiapkan diri secara khusus untuk menghadapi De Gadjah. “Saya menganggap Big Daddy bukan seorang atlet, jadi saya tidak ada persiapan sama sekali. Saya merasa usia saya masih baik dan kondisi tubuh saya cukup kuat untuk bertanding.”

Namun, realitas di atas ring berbeda dari apa yang ia bayangkan. Bram mengaku kondisinya menurun drastis dan menerima pukulan keras dari lawannya. “Ternyata saat pertandingan, saya kehabisan napas dan tidak kuat. Pukulan Big Daddy masuk ke tubuh saya hingga menyebabkan dislokasi. Bahkan, saya terkena pukulan di rahang, yang ternyata lebih keras dari perkiraan saya,” ujarnya.

Mengenai tudingan bahwa pertandingan itu diatur, Bram menegaskan bahwa ia memiliki harga diri sebagai atlet nasional. “Jika ini dianggap settingan, saya sebagai atlet PON juga punya harga diri dan tidak ingin kalah. Jika ada yang berpikir seperti itu, silakan coba sparing dengan Big Daddy sekali dua kali. Kita semua bisa mencoba, apakah kita bisa menghadapinya meski bukan petinju atau tidak pernah berlatih. Apalagi bobot kami berbeda 14 kg, saya 94 kg dan beliau 108 kg,” katanya.

Bram juga menyebut bahwa De Gadjah sudah sangat terkenal tanpa perlu mencari popularitas dari ring tinju. “Kalau kata orang, fight ini hanya ingin membuat Big Daddy terkenal. Padahal, dia sudah terkenal dalam tinju, olahraga, bahkan politik. Bagaimana lagi ia bisa terkenal?” ujarnya.

Dari duel ini, Bram mengambil pelajaran penting. Ia menyadari bahwa ia tidak boleh meremehkan lawan. “Nilai moral dari pertandingan ini adalah saya belajar untuk tidak meremehkan lawan, tetap berlatih meski lawan bukan atlet, menjaga istirahat yang cukup, serta pola hidup sehat untuk persiapan pertandingan. Intinya, harus serius dalam setiap pertandingan,” pungkasnya.