
Gubernur Jawa Barat Dianggap Tidak Mampu Menyediakan Lapangan Kerja
Sejumlah warga di Jawa Barat mengeluhkan kurangnya pengadaan lapangan kerja yang mereka anggap tidak memadai. Hal ini menimbulkan protes terhadap Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang sebelumnya sempat mendapat kritikan dari masyarakat.
Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan bahwa hanya 31,4 persen warga Jabar yang puas dengan kinerja Dedi Mulyadi bersama Wakil Gubernur Erwan Setiawan. Sementara itu, sebanyak 67,2 persen menyatakan ketidakpuasan. Mayoritas dari mereka menyoroti masalah utama yaitu minimnya kesempatan kerja.
Pada acara job fair beberapa waktu lalu, banyak warga mencari pekerjaan dengan antusias. Namun, tampaknya jumlah lowongan yang tersedia masih jauh dari kebutuhan masyarakat. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah provinsi.
Dedi Mulyadi memberikan respons tajam terhadap keluhan tersebut. Ia menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Jabar sedang fokus pada perizinan industri sebagai langkah untuk meningkatkan lapangan kerja dan mengurangi tingkat kemiskinan.
“Di enam bulan ini kita kan baru mengorkestrasi tentang percepatan layanan perizinan,” ujarnya saat ditemui di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung.
Menurut Dedi, proses perizinan yang rumit sering kali menghambat investasi. Ia menjelaskan bahwa beberapa proyek besar seperti BYD dan Vinfast di Kabupaten Subang mengalami penundaan karena masalah izin.
Ia juga menyebutkan bahwa sejumlah proyek infrastruktur dan kawasan industri di Jawa Barat memiliki potensi untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Sayangnya, pelaksanaannya masih terkendala oleh keterlambatan lelang dan proses perizinan.
“Kawasan di Indramayu itu mulai rekrut lebih dari 20.000 loh itu kawasan Indramayu. Cirebon, kemudian sebagian Majalengka, Subang, Garut, Purwakarta. Nah, seluruh kawasan-kawasan ini seringkali mengalami pelambatan karena faktor perizinan.”
Dedi menegaskan bahwa jika gubernur tidak aktif mengurusi hal ini, proses akan berjalan lambat. Ia menyarankan agar masyarakat tidak terlalu memilih-milih pekerjaan, terutama di sektor formal.
“Mereka memilih pekerjaannya pada sektor formal. Ini kan juga harus menjadi bahan pembelajaran bagi kita. Jangan pilih-pilih pekerjaan. Nanti juga akan bertemu dengan pekerjaan pilihan hidup kan berproses.”
Beberapa warga Bogor juga meluapkan keluh kesah mereka. Ihsan, seorang warga Bogor, berharap Gubernur lebih memperhatikan warganya yang belum memiliki pekerjaan. “Harapannya untuk Pak Gubernur supaya bisa lebih perhatian lagi ke warganya, terutama yang masih nganggur belum kerja seperti saya,” katanya.
Fikri, seorang warga Cibinong, mengaku telah menganggur selama dua tahun. Ia sering mengirim lamaran kerja baik secara online maupun langsung ke perusahaan. Namun, hingga kini belum ada panggilan interview atau kabar.
“Udah sering ngirim lamaran via online maupun datang langsung ke perusahaan. Tapi sampai sekarang belum ada panggilan untuk interview atau kabar,” ujarnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!