
Penindakan FAA terhadap Boeing: Denda Besar dan Masalah Keselamatan yang Terbuka
Federal Aviation Administration (FAA) mengumumkan pada Jumat (12/9/2025), rencana untuk mengenakan denda sebesar 3,1 juta dolar Amerika Serikat (AS) kepada Boeing. Langkah ini diambil karena adanya serangkaian pelanggaran keselamatan yang mencolok, termasuk kaitannya dengan insiden darurat udara pesawat Alaska Airlines 737 MAX 9 pada Januari 2024. Insiden tersebut memicu perhatian global terhadap standar produksi Boeing, sehingga FAA melakukan investigasi mendalam terhadap fasilitas perakitan pesawat dan pemasoknya dalam beberapa bulan terakhir.
Pelanggaran Sistem Mutu di Pabrik Boeing
Pada periode September 2023 hingga Februari 2024, FAA menemukan ratusan pelanggaran sistem mutu di pabrik Boeing 737 yang berlokasi di Renton, Washington, serta di pabrik 737 milik subkontraktor Boeing, Spirit AeroSystems, di Wichita, Kansas. Pada Jumat (12/9/2025), FAA menyatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran ini mencerminkan kelalaian serius dalam pengawasan dan prosedur mutu pabrik-pabrik tersebut.
“Ratusan pelanggaran ini menunjukkan bahwa Boeing gagal menjaga standar kualitas yang diwajibkan untuk keselamatan penerbangan,” kata kepala FAA. Temuan ini termasuk kegagalan dalam memenuhi protokol kualitas yang telah ditetapkan oleh FAA sendiri, yang berdampak pada keandalan produksi pesawat Boeing.
Keterkaitan Insiden Darurat di Udara Pesawat Alaska Airlines 737 Max 9
Pada Januari 2024, terjadi insiden darurat di udara pada pesawat Alaska Airlines 737 MAX 9 yang mengalami ledakan panel kabin akibat hilangnya empat baut penting. FAA menilai kejadian ini merupakan puncak dari serangkaian masalah mutu yang telah ditemukan sebelumnya di lini produksi Boeing. Investigasi FAA mengungkapkan bahwa Boeing memasok dua pesawat yang tidak layak terbang untuk mendapatkan sertifikasi kelayakan udara.
Kasus ini diikuti oleh tindakan Boeing yang diduga menekan pejabat keselamatan internal agar menyetujui pesawat yang tidak memenuhi standar untuk dikirim sesuai jadwal. “Tekanan yang diberikan Boeing untuk memenuhi tenggat waktu produksi mengancam standard keselamatan yang kami tetapkan,” ujar seorang pejabat FAA.
Intervensi Boeing terhadap Independensi Pejabat Keselamatan
FAA juga mengungkap adanya intervensi dari karyawan non-ODA Boeing terhadap anggota unit ODA (Organization Designation Authorization) yang bertugas di bawah pengawasan FAA. Pada Jumat (12/9/2025), dilaporkan bahwa karyawan tersebut memaksa rekan kerjanya di unit ODA untuk menandatangani persetujuan pesawat 737 MAX yang sebenarnya gagal memenuhi standar keselamatan.
FAA menegaskan bahwa tindakan ini melanggar prinsip independensi pejabat keselamatan, yang seharusnya bebas dari tekanan internal agar tetap objektif. “Intervensi terhadap independensi pejabat keselamatan mengganggu integritas proses sertifikasi dan keselamatan penerbangan,” menurut pernyataan resmi FAA.
Boeing diberikan waktu 30 hari untuk merespon denda yang diajukan oleh FAA. Selain itu, ada isu tentang serikat pekerja yang mogok dan Boeing yang memilih solusi perekrutan tenaga baru. Di sisi lain, Korea Selatan setuju untuk membeli 103 pesawat Boeing untuk maskapai Korean Air, yang menjadi pembelian terbesar dalam sejarah perusahaan tersebut.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!