Bintang Laut Mengguncang Aturan Keanekaragaman

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Pola Kehidupan Bintang Laut yang Tidak Biasa

Bintang laut tidak menyebar secara acak di dasar laut. Seperti hewan lainnya, mereka mengikuti pola tertentu, dengan jumlah yang lebih banyak di beberapa wilayah dibandingkan yang lain. Meski sebagian pola ini dapat dijelaskan, ada juga yang justru bertentangan dengan aturan keanekaragaman hayati yang selama ini dipercaya oleh ilmuwan.

Mengungkap Peta Kehidupan Bintang Laut

Mempetakan lokasi hidup bintang laut dan alasan di balik distribusi tersebut bukanlah tugas mudah. Para peneliti membutuhkan data dalam jumlah besar yang mencakup jarak yang luas dan kedalaman berbeda. Data seperti ini jarang tersedia untuk kebanyakan hewan laut. Namun, untuk bintang laut, akhirnya data tersebut berhasil dikumpulkan.

Para peneliti menganalisis lebih dari 200.000 catatan bintang laut dari seluruh samudra dunia. Dengan data masif ini, mereka bisa memetakan tidak hanya lokasi hidup bintang laut, tetapi juga bagaimana keanekaragaman spesies berubah seiring kedalaman — mulai dari perairan tropis dangkal hingga laut dalam.

“Di perairan dangkal, jumlah spesies lebih banyak di daerah tropis daripada di kutub,” jelas Dr. Hugh Carter, kurator bintang laut di Natural History Museum. “Namun semakin dalam, pola ini berubah. Keanekaragaman di tropis menurun, sementara di zona sedang justru meningkat.”

Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Carter bersama Dr. Suzanne Williams dan Dr. Lupita Bribiesca-Contreras.

Aturan Keanekaragaman yang Terbalik

Salah satu aturan tertua dalam biologi adalah gradien keanekaragaman lintang — semakin dekat ke khatulistiwa, semakin banyak spesies yang hidup. Contohnya jelas: hutan Amazon yang penuh kehidupan dibandingkan wilayah Arktik yang relatif sepi.

Biasanya, faktor utama yang mendasari pola ini adalah suhu. Daerah yang lebih hangat mendukung lebih banyak spesies. Namun, di laut dalam, suhu hampir tidak berubah — sekitar 4°C di mana pun lokasinya, baik dekat khatulistiwa maupun kutub.

Pertanyaannya: jika suhu konstan, apakah aturan keanekaragaman ini tetap berlaku di laut dalam?

Bintang Laut yang "Membangkang" Aturan

Untuk menjawabnya, tim peneliti menggabungkan basis data global dan koleksi museum, mencakup 92% dari seluruh spesies bintang laut yang diketahui.

Hasilnya menarik: beberapa famili bintang laut tetap mengikuti pola biasa — lebih beragam di tropis. Namun, ada juga yang justru lebih beragam di zona sedang.

“Perbedaan antar-famili sering kali luput dari penelitian skala besar,” kata Dr. Carter. “Padahal pada skala yang lebih kecil, faktor lain bisa lebih berpengaruh terhadap pola keanekaragaman.”

Salah satu alasannya mungkin terkait makanan. Meski tampak tandus, perairan kutub sangat produktif. Ledakan populasi krill menarik paus, dan ketika nutrien dari organisme tersebut tenggelam, ia ikut memberi makan kehidupan di laut dalam.

Batas Suhu Kehidupan Laut Dalam

Namun ada batasnya. Peneliti menemukan bahwa keanekaragaman bintang laut menurun drastis saat suhu dasar laut turun di bawah 1,5°C. Bahkan dengan banyak nutrisi, daerah laut yang paling dingin tetap memiliki sedikit spesies.

Fenomena ini konsisten di semua samudra dan bertindak seperti “pagar tak terlihat” bagi kehidupan bintang laut.

Temuan ini bukan hanya memperluas pengetahuan tentang bintang laut, tetapi juga memberikan perspektif baru tentang kehidupan di laut dalam. Jika pusat keanekaragaman hayati laut dalam tidak selalu berada di dekat khatulistiwa, strategi konservasi laut mungkin perlu disesuaikan.

Penelitian ini juga membuka pertanyaan baru: faktor apa lagi yang mengatur keanekaragaman di kedalaman laut? Untuk memahaminya, para ilmuwan harus terus “menyelam” lebih dalam — dan lebih dingin — untuk mengungkap misteri dasar samudra.