
Inovasi Batik di Desa Jarum Klaten
Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Klaten, dikenal sebagai salah satu pusat industri batik yang memiliki sejarah panjang. Namun, seperti banyak industri lainnya, industri ini sempat mengalami penurunan drastis akibat pandemi Covid-19. Banyak pesanan berkurang, dan pengusaha batik kesulitan mempertahankan usaha mereka.
Namun, di tengah situasi sulit tersebut, muncul ide kreatif yang membawa perubahan besar. Salah satu pengusaha batik, Bima Sena, merasakan dampak langsung dari penurunan permintaan. Hal ini justru memicu terciptanya inovasi unik: membuat batik pada payung. Ide ini tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga memberikan peluang baru bagi para perajin.
Inovasi ini diunggah ke media sosial dan mendapat respons positif dari banyak orang. Akhirnya, pengelola Batik Bima Sena, Sularto atau yang akrab disapa Jeprik, mulai menerima pesanan. Menurut Subiyati (42), salah satu pengelola, setelah masa pandemi, pemasaran produk batik mulai pulih.
Kini, Batik Bima Sena tidak hanya fokus pada kain batik, tetapi juga mengembangkan produk dengan bahan berbeda seperti gerabah, tumbler, kerajinan kayu, lodong, dan payung. Dari sekian banyak produk, payung batik menjadi yang paling diminati. Dalam sebulan, para perajin mampu memproduksi hingga 3.000 payung batik.
Proses pembuatannya mirip dengan membatik pada kain. Perajin menggunakan canting untuk menggoreskan motif pada kanopi payung. Berbagai motif, baik klasik maupun kontemporer, dituangkan oleh para perajin. Pemilik usaha menjamin bahwa motif batik yang digoreskan bisa bertahan lama.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, pemilik usaha melakukan eksperimen kecil-kecilan dengan mengoplos berbagai jenis cat agar dapat menempel dan bertahan lama di bahan payung yang biasanya terbuat dari poliester. Harga produk bervariasi tergantung ukuran, motif, serta jenis payung. Subiyati menjelaskan, harga mulai dari Rp300.000 hingga Rp1,5 juta.
Payung batik umumnya digunakan sebagai suvenir. Pesanan tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Beberapa kali, produk dikirim ke India dan Australia. Selain itu, ada pesanan dari berbagai lembaga seperti Pertamina dan Indosat.
Sekretaris Desa Jarum, Suyanto, menjelaskan bahwa produk batik asal Jarum dikenal karena penggunaan pewarna alami. Selain pada kain, motif batik juga diaplikasikan ke berbagai barang, seperti yang dilakukan oleh Batik Bima Sena. Saat ini, terdapat sekitar 65 hingga 70 perajin batik di Desa Jarum. Masing-masing perajin memiliki pangsa pasar sendiri-sendiri.
Tidak hanya menjangkau pasar lokal, para perajin juga sering memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Beberapa negara seperti Amerika, Korea, Swiss, dan Jepang telah menerima produk batik dari Desa Jarum. Inovasi dan kreativitas yang muncul di tengah krisis menjadi bukti bahwa industri batik masih memiliki potensi besar untuk berkembang.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!