
Latar Belakang Demonstrasi Generasi Z di Nepal
Demonstrasi yang melibatkan generasi Z terjadi di Kathmandu, Nepal, pada Senin (8/9/2025). Para pengunjuk rasa mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari generasi Z, yaitu individu yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Selama beberapa tahun terakhir, generasi ini telah menjadi aktor utama dalam berbagai aksi protes politik di wilayah Nepal.
Kemarahan Gen Z memuncak akibat penutupan media sosial dan dugaan korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah. Dalam demonstrasi tersebut, sebanyak 22 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka hingga harus dirawat di rumah sakit.
Pemicu Demonstrasi di Nepal
Pemicu utama demonstrasi adalah meningkatnya angka pengangguran dan kesenjangan ekonomi di Nepal. Berdasarkan Survei Standar Hidup Nepal 2022-2023, tingkat pengangguran mencapai 12,6 persen. Sebelum demonstrasi, tagar #NepoBaby sempat menjadi tren di media sosial. Tagar ini digunakan untuk mengecam gaya hidup mewah anak-anak politisi dan menyoroti praktik korupsi.
Tensi semakin meningkat setelah pemerintah memblokir 26 platform media sosial, termasuk WhatsApp, Facebook, Instagram, LinkedIn, dan YouTube pada Kamis (4/9/2025).
Alasan Pemerintah Melakukan Pemblokiran Media Sosial
Pemerintah Nepal memberi waktu kepada sejumlah platform untuk mendaftarkan penggunaannya sebagai situs legal ke pemerintah dengan batas waktu hingga Rabu (3/9/2025). Setelah batas waktu tersebut, pemerintah memerintahkan Otoritas Telekomunikasi Nepal (NTA) untuk menutup situs web yang tidak mematuhi aturan.
Beberapa platform seperti TikTok, Viber, dan WeTalk telah terdaftar secara resmi, sementara Facebook, X, WhatsApp, dan YouTube belum mendaftarkan diri. Langkah ini dianggap mengancam kebebasan berbicara dan memutus komunikasi warga Nepal dengan keluarga yang bekerja di luar negeri.
Menurut laporan NTA tahun 2021, sekitar 90 persen dari 30 juta penduduk Nepal menggunakan media sosial. Selain itu, media sosial juga menjadi sarana pencarian pendapatan bagi para kreator, terutama di tengah tingginya angka pengangguran.
Lokasi Demonstrasi yang Terjadi di Nepal
Demonstrasi dimulai di New Baneshwor, Kathmandu, tempat Parlemen Nepal bersidang. Pengunjuk rasa juga turun ke jalan di kota-kota lain, seperti Damak, Birtamod, Itahari, Biratnagar, Janakpur, Bharatpur, Pokhara, Birgunj, Butwal, Bhairahawa, Tulsipur, dan Dhangadhi. Beberapa di antaranya menargetkan kediaman Perdana Menteri di Damak.
Demonstran Bakar Gedung
Protes massal meletus pada Senin (8/9/2025), saat beberapa demonstran membakar gedung-gedung pemerintah, termasuk parlemen dan Mahkamah Agung, serta rumah-rumah para pemimpin politik terkemuka. Asap hitam menyebabkan operasional Bandara Internasional Tribhuvan dihentikan sementara.
Kantor Administrasi Distrik Kathmandu memberlakukan jam malam di kawasan New Baneshwor, sekitar 3 kilometer dari Maitighar. Langkah ini diambil setelah massa pendemo mendobrak barikade polisi dan menerobos gedung parlemen.
Aparat Tembak Sipil Pakai Peluru Tajam
Menurut LSM Hami Nepal, aparat juga menembakkan peluru karet ke arah pengunjuk rasa. Seorang saksi mata bernama Basyal melihat orang-orang berdarah akibat tembakan dan dibawa dengan ambulans. Situasi makin memanas setelah polisi melepaskan peluru tajam.
Kathmandu Post melaporkan, para korban meninggal akibat luka yang mereka derita saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Sipil dan Pusat Trauma Nasional. Puluhan korban luka masih dirawat di sejumlah fasilitas kesehatan, termasuk Rumah Sakit Everest dan Rumah Sakit Sipil Kathmandu.
Tuntutan Generasi Z
Dua tuntutan utama demonstran adalah pencabutan larangan media sosial dan penghentian praktik korupsi di kalangan pejabat. Para pengunjuk rasa, sebagian besar mahasiswa, menilai blokade media sosial sebagai upaya membatasi kebebasan berbicara.
“Kami ingin mengakhiri korupsi di Nepal,” ujar Binu KC, mahasiswa 19 tahun. “Para pemimpin hanya memberi janji saat pemilu, tetapi tidak pernah menepatinya. Mereka adalah sumber banyak masalah.”
Mundurnya Pejabat Pemerintah
Menteri Dalam Negeri Nepal, Ramesh Lekhak, mengundurkan diri pada Senin (8/9/2025) malam. Ia mengaku bertanggung jawab atas tindakan keras pemerintah yang menelan korban jiwa. Perdana Menteri KP Sharma Oli menyampaikan bela sungkawa dan berjanji memberikan bantuan keuangan kepada keluarga korban tewas serta perawatan gratis bagi yang terluka.
Presiden Nepal, Ram Chandra Poudel, juga mengundurkan diri beberapa jam setelah Perdana Menteri KP Sharma Oli mundur. Menteri Komunikasi Prithvi Subba Gurung mengumumkan pencabutan larangan media sosial. Namun, langkah itu tidak menghentikan aksi protes. Ribuan anak muda tetap turun ke jalan, menentang jam malam dan berdemonstrasi di sekitar gedung parlemen.
Suara Generasi Z Harus Didengar
Seorang pengunjuk rasa muda, Taya Chandra Pandey, mengatakan aksi demo ini merupakan tindakan murni dari generasi Z bukan digerakkan partai politik. “Melihat tingginya partisipasi Gen Z, saya melihat harapan,” kata Pandey. “Ini tidak digerakkan partai politik mana pun. Gerakan ini murni lahir dari Gen Z.”
Aktivis Nepal, Priya Sigdel, menegaskan bahwa perjuangan tidak boleh berhenti. “Begitu banyak anak muda tak berdosa telah meninggal. Jika kita diam, para pemimpin dan keluarganya akan terus menikmati sistem korup ini.”
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!