
Pengumuman Aturan Baru Sistem Penghitung Waktu dalam Bulu Tangkis
Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) telah mengumumkan perubahan penting terkait penerapan aturan baru yang dikenal sebagai Sistem Penghitung Waktu. Aturan ini akan diuji coba dan diterapkan dalam berbagai pertandingan resmi, khususnya dalam turnamen mayor dan World Tour.
Rencana regulasi ini sudah dibahas dalam Forum Anggota BWF pada 26 April 2025 dan diumumkan lebih lanjut pada 8 Agustus 2025. Aturan ini direncanakan akan mulai berlaku dalam beberapa turnamen besar tahun depan. Selain itu, Komite BWF juga memberikan persetujuannya terhadap aturan jeda waktu antar-reli pada 29 Agustus 2025.
Sistem penghitung waktu akan diuji secara mendasar atau penuh dalam beberapa turnamen World Tour dalam beberapa bulan ke depan. Sebelumnya, keputusan tentang jeda antar-reli berada di tangan wasit berdasarkan situasi lapangan. Dengan aturan baru ini, ada batasan-batasan khusus yang ditetapkan:
- Pemain mendapatkan alokasi waktu 25 detik di antara setiap reli.
- Hitungan waktu dimulai ketika wasit memperbarui skor.
- Pemain yang melakukan servis harus siap untuk melakukannya sebelum waktu 25 detik berakhir.
- Pemain yang menerima harus siap ketika lawan dalam posisi untuk melakukan servis.
- Wasit memiliki diskresi untuk memperbolehkan perpanjangan waktu jeda jika terjadi situasi seperti intervensi medis atau pengelapan yang memerlukan waktu lama.
- Pemain dapat melakukan aktivitas normal seperti mengelap badan dengan handuk, minum, atau menggunakan cold spray selama mereka siap untuk melakukan/menerima servis dalam waktu 25 detik.
Beberapa pemain menanggapi perubahan ini secara positif. Mereka merasa bahwa mengulur-ulur waktu bisa membuat lawan menjadi frustrasi, terutama saat lawan sedang dalam momentum yang baik. Namun, tidak semua pemain merasa nyaman dengan aturan baru ini. Salah satunya adalah Prannoy H. S., pemain tunggal putra veteran asal India.
Prannoy menyebutkan bahwa aturan baru ini akan sulit bagi pemain-pemain yang lebih tua. Ia menilai bahwa 25 detik tidak cukup lama untuk mengatur napas dan bersiap untuk reli berikutnya. Ia juga menyebutkan Anthony Sinisuka Ginting, yang baru pulih dari cedera panjang, sebagai contoh lain yang mungkin kesulitan.
Ia berargumen bahwa bulu tangkis sudah menjadi olahraga dengan tempo cepat tanpa perlu adanya penetapan waktu jeda. Menurutnya, aturan ini tidak akan membantu siapa pun, termasuk penonton.
BWF mengklaim bahwa angka 25 detik didapat dari analisis data pertandingan di kejuaraan mayor dan turnamen BWF World Tour. Rata-rata jeda waktu yang diperoleh adalah 22 detik, sementara reli rata-rata berlangsung selama 9 detik.
Para pemain sering kali menggunakan berbagai cara untuk mengulur-ulur waktu, seperti meminta izin mengelap keringat, mengganti kok, mengikat tali sepatu, atau bahkan meminta lapangan dibersihkan. Ada kasus di mana pemain sengaja menjatuhkan badan agar lapangan dibersihkan.
Meski begitu, sistem penghitung waktu juga membawa beberapa perubahan positif. Salah satunya adalah pemain bisa menggunakan semprotan pendingin sewaktu-waktu alih-alih hanya saat interval. Perubahan ini sempat menuai kritik karena dianggap meningkatkan risiko cedera.
Mantan pemain nomor satu dunia, Viktor Axelsen, menekankan pentingnya konsistensi dalam penerapan aturan. Meskipun ia mendukung aturan baru ini, ia menilai bahwa bagaimana aturan diterapkan oleh wasit sangat penting. "Di satu sisi peraturannya seperti apa dan di sisi lain bagaimana ia diterapkan," ujarnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!