
Perbedaan Capex dan Opex dalam Pengelolaan Keuangan Perusahaan
Capex atau capital expenditure dan opex atau operational expenditure adalah dua jenis pengeluaran yang sangat penting dalam pengelolaan keuangan perusahaan. Keduanya memengaruhi laba bersih, neraca, serta beban pajak. Ketika sebuah perusahaan menghadapi pilihan antara membeli aset besar seperti mesin baru atau menyewa layanan cloud, pemahaman tentang capex dan opex menjadi krusial.
Keputusan tersebut tidak hanya berdampak pada neraca perusahaan, tetapi juga memengaruhi kinerja keuangan secara keseluruhan. Meski begitu, banyak orang masih bingung dengan perbedaan antara keduanya. Padahal, capex dan opex memiliki tujuan, frekuensi, serta dampak yang berbeda. Berikut penjelasannya:
Tujuan dari Capex dan Opex
Perbedaan pertama antara capex dan opex terletak pada tujuannya. Capex merupakan investasi atau biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli, memelihara, atau meningkatkan aset jangka panjang. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kapasitas atau efisiensi perusahaan di masa depan. Contohnya, pembelian mesin baru atau perbaikan gedung.
Sementara itu, opex adalah biaya rutin yang dikeluarkan perusahaan agar operasional tetap berjalan normal. Tujuannya adalah untuk menjaga kelancaran bisnis dengan memaksimalkan output barang maupun jasa, sambil tetap mengendalikan pengeluaran.
Frekuensi Pengeluaran
Capex biasanya melibatkan aset fisik seperti pabrik, peralatan, mesin, atau kendaraan. Pengeluaran ini tidak dilakukan secara rutin, melainkan hanya saat perusahaan membutuhkan aset baru atau melakukan perbaikan besar. Oleh karena itu, capex seringkali muncul dalam periode tertentu saja.
Sebaliknya, opex dilakukan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Contoh paling umum adalah pembayaran gaji karyawan setiap bulan, tagihan listrik, sewa, biaya bahan baku, atau pengeluaran R&D yang terus-menerus.
Perlakuan Akuntansi
Dalam hal perlakuan akuntansi, capex dan opex memiliki perbedaan. Capex tidak langsung dianggap sebagai beban pada laporan laba rugi, melainkan dicatat sebagai aset dalam neraca. Nilainya kemudian dialokasikan secara bertahap melalui depresiasi agar tidak memberatkan kinerja keuangan secara drastis.
Sementara itu, opex langsung dimasukkan sebagai beban dalam laporan laba rugi, sehingga otomatis mengurangi pendapatan perusahaan pada periode tersebut. Dibandingkan capex, opex tidak dapat disusutkan karena tidak menciptakan aset jangka panjang.
Jumlah Biaya dan Dampaknya
Karena berkaitan dengan aset tetap, jumlah biaya capex biasanya lebih besar dibanding opex. Capex tidak bisa dikurangkan seluruhnya pada tahun pengeluaran, melainkan harus didistribusikan melalui depresiasi. Sementara itu, opex bisa dipotong sepenuhnya dari pajak dalam periode pengeluaran tersebut.
Dari sisi arus kas, capex memberi tekanan signifikan ketika perusahaan membeli aset karena dapat memengaruhi likuiditas jangka pendek. Sedangkan opex biasanya memiliki jumlah yang lebih kecil dan konsisten, sehingga arus keluarnya lebih mudah diprediksi dan dikelola setiap bulan.
Pentingnya Memahami Capex dan Opex
Dengan memahami perbedaan antara capex dan opex, perusahaan dapat lebih baik dalam mengelola uang, arus kas, serta meningkatkan performa bisnis. Baik capex maupun opex memiliki peran penting dalam menjaga pertumbuhan dan keberlanjutan operasional. Pemahaman yang baik tentang kedua jenis pengeluaran ini membantu perusahaan membuat keputusan yang tepat dan strategis dalam pengelolaan keuangan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!