#17+8 dan Kepedulian Sosial

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kesenjangan Ekonomi yang Mengguncang Indonesia

Gelombang demonstrasi yang terjadi di Indonesia sejak 25 Agustus 2025 menjadi bukti nyata adanya jurang lebar antara kelompok berpunya dan masyarakat kecil. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi telah mencapai titik kritis, sehingga memicu kemarahan dan protes dari masyarakat. Dalam laporan media, isu ini disebut sebagai alasan utama rakyat marah terhadap kondisi saat ini.

Kerugian harta dan nyawa adalah harga yang terlalu mahal untuk sebuah pesan yang seharusnya bisa dipahami tanpa perlu melakukan aksi di jalanan. Tagar "17+8 Tuntutan Rakyat" yang muncul di media sosial tidak hanya sekadar angka, melainkan simbol dari rasa frustrasi dan kekecewaan yang mendalam.

Data yang Mengungkap Ketimpangan Ekonomi

Laporan Oxfam International pada tahun 2024 menunjukkan bahwa empat orang terkaya di Indonesia memiliki kekayaan lebih besar daripada gabungan kekayaan 100 juta penduduk termiskin. Angka ini diperkuat oleh Gini rasio yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Gini rasio Indonesia meningkat dari 0,379 pada Maret 2024 menjadi 0,381 pada September 2024. Angka ini menunjukkan peningkatan ketimpangan yang semakin dalam.

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, pendapatan Rp 3 juta per bulan adalah sesuatu yang istimewa. Namun, mayoritas tenaga honorer non-ASN, yang jumlahnya mencapai 2,35 juta orang, tidak mampu mencapai angka tersebut. Jumlah ini sangat signifikan dan menunjukkan betapa banyak masyarakat yang hidup dalam ketidakpastian ekonomi.

Perbedaan Hidup yang Menyedihkan

Perbedaan antara pendapatan Rp 3 juta per bulan dengan penghasilan Rp 3 juta per hari seperti langit dan bumi. Hal ini membuat masyarakat merasa terlalu sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar. Akibatnya, pernyataan seperti “Tiga juta sehari aja ribut, gua ngartis sejam sepuluh juta” menjadi viral dan menyulut emosi masyarakat. Meskipun belum jelas apakah pernyataan itu benar-benar diucapkan oleh anggota DPR atau hanya rekayasa, fakta bahwa pernyataan tersebut muncul dan menimbulkan reaksi keras sudah cukup untuk menggambarkan kesenjangan yang ada.

Kepedulian Sosial dalam Perspektif Agama

Dari sudut pandang agama, kepedulian sosial bukanlah pilihan, melainkan bagian dari iman. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan, “Seseorang yang beriman itu bukanlah orang yang kenyang sedangkan tetangganya kelaparan.” Ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap sesama adalah bagian dari keimanan. Selain itu, Al Quran juga menjelaskan bahwa di sebagian harta kita ada hak orang lain, yaitu fakir miskin.

“Pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS adz-Dzarriyat ayat 19).

Selain itu, berbagi harus dilakukan dengan hati yang tulus agar tidak menyakiti penerima. Ayat dalam Al Quran, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)” (QS. Al Baqarah: 264), menegaskan pentingnya niat dalam berbagi.

Tanggung Jawab Pejabat dan Kebijakan yang Adil

Para pejabat eksekutif maupun legislatif perlu berhati-hati dalam berkata dan berbagi informasi. Karena, hal-hal kecil bisa saja menimbulkan sakit hati bagi masyarakat. Berbagi dengan cara yang menyakitkan hati saja dilarang, apalagi jika tidak berbagi dan justru menyakiti masyarakat.

Selain itu, kebijakan yang dibuat perlu memperhatikan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Kebijakan harus memberdayakan MBR dan menghindari tindakan yang memarjinalkan mereka. Oleh karena itu, RUU Perampasan Aset bukan satu-satunya yang perlu segera disahkan. RUU Perkoperasian dan RUU Ekonomi Syariah (Eksyar) juga perlu segera disahkan agar kesenjangan sosial bisa diminimalisir.

Kemitraan Global dalam Mengurangi Ketimpangan

Laporan dari Islamic Development Bank, International Monetary Fund (IMF), dan World Bank (WB) menunjukkan bahwa sistem ekonomi Islam, seperti wakaf dan instrumen keuangan sosial lainnya, dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketimpangan. Laporan Bank Dunia pada tahun 2017, “Islamic Finance: A Catalyst for Shared Prosperity”, membahas bagaimana instrumen keuangan Islam dapat meningkatkan inklusi keuangan dan mengurangi kesenjangan.

Sementara itu, laporan IMF sering kali membahas fitur-fitur ekonomi Islam yang berpotensi mengurangi kesenjangan ekonomi.

Kesadaran Bersama untuk Membangun Masyarakat yang Lebih Adil

Mari kita jadikan kepedulian sebagai gaya hidup. Seruan ini tidak hanya untuk pejabat pemerintahan dan legislatif, tetapi juga untuk semua masyarakat. Mulailah dari hal kecil, seperti membantu tetangga, berdonasi, atau ikut serta dalam kegiatan sosial. Jika kepedulian menjadi budaya, maka berbagi akan menjadi norma, dan jurang antara kaya dan miskin bisa semakin sempit.

Semoga di tahun depan, tagar “17+8” tidak lagi berisi tuntutan, tetapi menjadi simbol kemenangan bangsa Indonesia dalam merdeka dari kemiskinan dan kesenjangan sosial yang tinggi.