
Gubernur Khofifah Langsung Turun Tangan Tangani KLB Campak di Sumenep
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa segera melakukan tindakan cepat untuk menangani Kejadian Luar Biasa (KLB) campak yang terjadi di Kabupaten Sumenep. Sebanyak 17 anak meninggal dunia akibat terserang penyakit campak, dengan data menunjukkan bahwa 15 kasus kematian berasal dari anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi, satu kasus imunisasi tidak lengkap, dan satu kasus belum waktunya imunisasi.
Pada tanggal 21 Agustus 2025, total ada 2.035 kasus suspek campak di Sumenep, dengan 159 kasus positif. Dari jumlah tersebut, 17 anak meninggal dunia. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah setempat dan pusat. Gubernur Khofifah langsung melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Sumenep, Dinas Kesehatan Jawa Timur, serta Kementerian Kesehatan RI.
“Kami sudah melakukan koordinasi bersama dan telah mengirimkan vaksin MR sebanyak 9.825 botol ke Sumenep sebagai bagian dari respons terhadap KLB campak,” ujar Gubernur Khofifah dalam pernyataannya.
Pelaksanaan Imunisasi Cepat di 26 Puskesmas
Sebagai upaya penanggulangan, pemerintah provinsi Jawa Timur akan melaksanakan Outbreak Response Imunization (ORI) di 26 puskesmas di Sumenep. Imunisasi ini akan dilakukan mulai tanggal 25 Agustus hingga 14 September 2025. Sasaran utamanya adalah anak-anak berusia 9 bulan hingga 6 tahun, dengan pemberian 1 dosis vaksin MR tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
Setelah ORI selesai, akan dilakukan imunisasi kejar bagi anak-anak yang belum lengkap imunisasinya sesuai usia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kekebalan tubuh masyarakat terhadap penyakit campak.
Penyebaran KLB di 25 Kecamatan
Kasus campak terjadi di 25 kecamatan di Kabupaten Sumenep. Rata-rata usia anak yang terkena campak adalah antara 1 hingga 4 tahun. Penyakit ini sangat menular dan memiliki laju reproduksi (R0) mencapai 17-18, artinya satu kasus bisa menulari 17-18 orang sekitarnya.
Gubernur Khofifah mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga protokol kesehatan. Ia juga menyarankan agar masyarakat menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta menjalani imunisasi sesuai jadwal.
Upaya Kolaborasi Lintas Wilayah
Selain itu, Pemprov Jatim juga melakukan pelatihan On the Job Training (OJT) pembuatan kajian epidemiologi KLB Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) kepada seluruh puskesmas di Sumenep. Selain itu, digelar pertemuan koordinasi lintas batas Madura Raya dan Surabaya Raya untuk membahas langkah-langkah penanggulangan KLB PD3I.
“Kolaborasi dengan Surabaya Raya penting untuk mencegah penyebaran campak ke daerah lain. Kami juga segera mempercepat imunisasi, terutama pada anak-anak,” kata Gubernur Khofifah.
Koordinasi dengan Berbagai Stakeholder
Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI, Komite Ahli Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (Komli PD3I), dan WHO untuk membahas rekomendasi penanggulangan KLB campak. Rapat koordinasi terbatas dilakukan guna memastikan tindakan yang tepat dan efektif.
Gubernur Khofifah menegaskan bahwa penanganan KLB campak harus dilakukan secara cepat dan menyeluruh. Ia meminta masyarakat untuk tetap waspada dan segera mengambil langkah-langkah preventif jika menemukan gejala campak.
Tips Pencegahan dan Penanganan
Jika seseorang menunjukkan gejala campak, disarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama 7 hari untuk kasus ringan. Namun, jika kondisi semakin parah, segera dibawa ke rumah sakit. Pasien juga harus dijauhkan dari orang-orang dengan daya tahan tubuh lemah. Konsumsi vitamin A juga dianjurkan sebagai bagian dari pencegahan dan pengobatan.
Dengan tindakan yang cepat dan kolaborasi lintas pihak, diharapkan dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit campak dan melindungi masyarakat, khususnya anak-anak, dari ancaman kesehatan ini.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!