Volatilitas Harga Kripto Mengancam Keamanan Jaminan Bank

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Potensi dan Tantangan Aset Kripto sebagai Agunan di Perbankan

Penggunaan aset kripto sebagai agunan dalam sistem perbankan tengah menjadi topik yang menarik perhatian. Berbagai pandangan muncul mengenai kebijakan ini, baik dari sisi pro maupun kontra. Hal ini mulai dipertimbangkan oleh pelaku industri kripto, termasuk para pemimpin perusahaan terkemuka.

Calvin Kizana, CEO Tokocrypto, menjelaskan bahwa usulan ini memiliki dua sudut pandang. Dari sisi positif, kebijakan ini dapat menjadi katalis bagi perkembangan industri kripto di Indonesia. Dengan pengakuan dari sektor perbankan, aset digital akan semakin dianggap sah dan mendapatkan kepercayaan publik. Selain itu, kripto tidak hanya berfungsi sebagai investasi, tetapi juga bisa menjadi aset produktif yang digunakan untuk memperoleh pembiayaan. Ini berpotensi meningkatkan adopsi, likuiditas pasar, serta mendorong inovasi produk keuangan baru.

Namun, dari sisi negatif, tantangan utama adalah volatilitas harga kripto yang tinggi. Perubahan harga yang cepat bisa membawa risiko besar terhadap stabilitas sistem keuangan jika digunakan sebagai agunan. Oleh karena itu, Calvin menekankan perlunya mekanisme penilaian dan mitigasi risiko yang ketat. Misalnya, margin call atau haircut nilai agunan diperlukan agar tidak menimbulkan kerugian sistemik.

Selain itu, regulasi yang jelas dan perlindungan konsumen harus menjadi prioritas sebelum kebijakan ini dapat diterapkan. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Eropa, sudah ada layanan pinjaman dengan jaminan aset kripto. Contohnya, platform seperti BlockFi dan Nexo menawarkan pinjaman berbasis dolar dengan Bitcoin atau Ethereum sebagai agunan. Di Singapura, layanan serupa juga tersedia dengan pengawasan ketat dari regulator.

Menurut Calvin, praktik ini menunjukkan bahwa meskipun memiliki potensi tambahan bagi ekosistem keuangan, implementasinya tetap membutuhkan regulasi yang matang dan infrastruktur risiko yang kuat.

Salah satu keunggulan dari menggunakan aset kripto sebagai agunan adalah kemampuan pemilik aset untuk mendapatkan likuiditas tanpa harus menjual kripto mereka. Dengan demikian, mereka tetap berpeluang menikmati kenaikan harga di masa depan. Aset kripto juga lebih likuid dibandingkan banyak instrumen investasi lain karena bisa diperjualbelikan 24 jam/hari di berbagai bursa global. Hal ini membuat bank lebih mudah melakukan likuidasi jika diperlukan.

Secara global, pasar pinjaman berbasis kripto pernah mencapai angka US$ 10 miliar pada puncaknya tahun 2021, menunjukkan minat yang besar terhadap model ini. Di Indonesia, jumlah investor kripto telah mencapai lebih dari 15 juta orang hingga Juni 2025. Jika hanya 5% dari jumlah tersebut memanfaatkan layanan pinjaman dengan rata-rata agunan Rp 50 juta, maka potensi pasar bisa mencapai Rp 57 triliun.

Dengan regulasi dan manajemen risiko yang tepat, menjadikan kripto sebagai agunan tidak hanya memberi akses pembiayaan baru, tetapi juga memperkuat ekosistem keuangan digital nasional. Ini menjadi langkah penting untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan stabil dalam industri kripto.