Asisten Ekonomi Tolitoli H. Rustan Rewa Hadirkan 5 Inovasi untuk Kesejahteraan Petani Sulteng

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Pandangan Alumni Pertanian tentang Pembangunan Sektor Pertanian di Sulawesi Tengah

Seorang alumni pertanian dari Universitas Hasanuddin, H. Rustan Rewa, S.P., M.P., yang saat ini menjabat sebagai Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Tolitoli, berbagi pandangan mengenai pembangunan sektor pertanian di Sulawesi Tengah. Rustan Rewa telah bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) selama kurang lebih 30 tahun di bidang kehutanan dan pertanian. Ia menilai bahwa wilayah ini memiliki potensi besar dalam pengembangan sektor pertanian.

Sulawesi Tengah dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam, dengan lahan pertanian yang luas dan subur, mulai dari pesisir hingga pegunungan. Provinsi ini memiliki potensi besar untuk menjadi pusat lumbung pangan dan komoditas perkebunan unggulan. Berbagai kebijakan dari pemerintah pusat mendukung diversifikasi pertanian, dengan tujuan memperkuat ketahanan pangan, meningkatkan pendapatan petani, serta mengurangi ketergantungan pada satu jenis komoditas.

Beberapa program Kementerian Pertanian juga turut mendukung kebijakan ini, seperti pengembangan pangan lokal (sagu, singkong, sorgum), program diversifikasi pangan, pengembangan kawasan berbasis korporasi petani, dan Gerakan Tiga Kali Ekspor Pertanian (Gratieks). Selain itu, kerangka hukum seperti UU No. 18/2012 tentang Pangan dan UU No. 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani juga memperkuat arah kebijakan tersebut. Strategi diversifikasi dapat dilakukan secara horizontal (menanam lebih dari satu komoditas), vertikal (mengolah produk untuk menambah nilai), dan regional (mengembangkan komoditas khas daerah).

Pemerintah juga menyediakan program spesifik bagi petani, seperti akses pembiayaan melalui KUR, pengembangan food estate, serta integrasi pertanian, peternakan, dan perikanan. Semua upaya ini diharapkan dapat membuat petani tidak hanya produktif, tetapi juga lebih sejahtera.

Kondisi Sektor Pertanian di Sulawesi Tengah

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Sulawesi Tengah memiliki lahan pertanian dan perkebunan ratusan ribu hektar dengan hasil yang beragam, termasuk padi, jagung, kakao, kopi, kelapa, dan cengkeh. Sentra produksi padi tersebar di Parigi Moutong, Banggai, Poso, Tolitoli, dan Sigi, yang setiap tahunnya menyumbang ratusan ribu ton gabah. Kabupaten Tojo Una-Una dan Banggai Laut berkembang sebagai sentra jagung untuk pasar domestik dan pakan ternak.

Sulawesi Tengah juga pernah menjadi produsen kakao terbesar di Indonesia, terutama di Parigi Moutong, Donggala, dan Poso. Meskipun sempat mengalami penurunan produksi akibat hama penggerek buah kakao (PBK), tingginya harga kakao di pasar global saat ini membuka harapan baru. Komoditas lain seperti kopi dan cengkeh dari Poso dan Sigi juga memiliki cita rasa unik yang berpotensi untuk ekspor. Kelapa dari Banggai, pala dari Tolitoli, serta hasil hortikultura dari daerah pegunungan Lore turut menopang kebutuhan pangan regional.

Dengan modal sumber daya alam yang melimpah dan lahan yang subur, petani di Sulawesi Tengah seharusnya bisa hidup makmur. Namun, banyak petani masih terjebak pada pola usaha tunggal, tanpa melakukan pengolahan nilai tambah. Padahal, visi besar yang seharusnya dibangun adalah: “sekilo panen bisa ditukar dengan lima kilo beras”. Hal ini berarti nilai komoditas yang dihasilkan petani harus cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan disiplin dalam bertani, mulai dari manajemen irigasi, pemupukan yang tepat, hingga panen dan pola kerja sama sosial.

Belajar dari Kegagalan Kakao dan Langkah ke Depan

Kasus kakao dapat menjadi contoh nyata. Banyak kebun kakao ditinggalkan karena serangan hama PBK. Padahal, negara lain berhasil mengatasi masalah ini melalui riset bibit unggul, pengendalian hama terpadu, pengelolaan irigasi, dan penerapan standar pascapanen. Jika hal ini diterapkan, kualitas biji kakao bisa kembali bersaing di pasar ekspor, memberikan keuntungan besar bagi petani.

Prinsip diversifikasi juga bisa diterapkan pada komoditas lain seperti kopi, cengkeh, kelapa, dan padi. Kuncinya adalah petani tidak lagi bergantung pada satu komoditas, melainkan mengembangkan kebun campuran (mixed farming) yang lebih tahan terhadap risiko pasar dan serangan hama.

Lima Terobosan Unik untuk Sulawesi Tengah

Agar petani dapat benar-benar sejahtera, dibutuhkan langkah-langkah inovatif yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Rustan Rewa mengusulkan lima terobosan unik:

  • Diversifikasi Usaha Berbasis Lanskap: Petani didorong untuk memadukan berbagai komoditas, seperti kakao dengan kelapa, pala, atau kopi. Di lahan sawah, sistem mina-padi (padi dan ikan) bisa diterapkan. Model ini tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga memperkuat ekosistem pangan lokal.
  • Pusat Inovasi Petani (Agro Innovation Hub): Setiap kabupaten perlu memiliki pusat inovasi yang menjadi jembatan antara petani, riset dari perguruan tinggi, LSM, dan pasar. Tujuannya agar hasil riset, seperti bibit kakao tahan hama atau pengolahan kopi, dapat langsung diuji dan dipraktikkan oleh kelompok tani.
  • Industri Rumah Tangga Nilai Tambah: Petani didorong untuk mengolah sebagian hasil panennya menjadi produk jadi, seperti kopi bubuk, minyak kelapa, atau cokelat olahan. Dukungan dari koperasi atau BUMDes dapat membantu produk ini masuk ke pasar ritel modern dan ekspor.
  • Ekonomi Digital Pertanian: Sulawesi Tengah dapat menjadi pelopor marketplace lokal yang menghubungkan petani dengan pembeli besar di dalam dan luar negeri. Transparansi harga melalui aplikasi digital akan memutus ketergantungan pada tengkulak, sehingga meningkatkan daya tawar petani.
  • Gerakan Sosial “Petani Disiplin, Petani Berani”: Pembangunan budaya disiplin di kalangan petani sangat penting, seperti panen tepat waktu dan menjaga kualitas produk. Gerakan ini juga mendorong petani untuk berani melawan dominasi tengkulak dan bergotong royong. Ini dapat didukung melalui kampanye sosial, penyuluhan, dan insentif dari pemerintah daerah.

Sulawesi Tengah memiliki potensi besar yang didukung oleh lahan luas, komoditas beragam, dan posisi strategis. Yang dibutuhkan adalah keberanian dan terobosan baru. Dengan diversifikasi usaha, inovasi, dan disiplin dalam tradisi bertani, mimpi “sekilo panen bisa membeli lima kilo beras” bukan lagi sekadar utopia, tetapi kenyataan yang bisa diwujudkan.