Video Jenazah Korban Gempa Afghanistan Dibuat AI

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Gempa di Afghanistan dan Video Palsu yang Beredar

Pada 31 Agustus 2025, wilayah timur Afghanistan dilanda gempa bumi berkekuatan enam magnitudo. Bencana ini menewaskan lebih dari 2.200 orang dan melukai sekitar 3.640 orang. Namun, beberapa video yang beredar di media sosial justru menyebarkan informasi yang tidak akurat dan bisa memicu kebingungan di kalangan masyarakat.

Beberapa video viral di platform seperti TikTok mengklaim menampilkan ribuan jenazah korban gempa. Dalam keterangan video tersebut, disebutkan bahwa "ini bukan di Gaza tapi Afghanistan. Lebih dari 1000 jenazah korban gempa bumi." Postingan ini dibagikan pada 4 September 2025, setelah bencana terjadi. Video itu menunjukkan prosesi pemakaman di sebuah jalan, di mana orang-orang membawa jenazah yang dibungkus dengan kain kafan.

Video serupa juga tersebar dalam bahasa Inggris, Marathi, dan Spanyol. Namun, para ahli menemukan bahwa konten tersebut adalah hasil dari teknologi AI. AFP (Agence France-Presse) melakukan investigasi dan menemukan kejanggalan visual yang menjadi ciri khas konten yang dihasilkan oleh AI.

Salah satu hal yang mencurigakan adalah cara jenazah dibawa. Beberapa jenazah terlihat terlalu ringan dan hanya dibawa oleh satu atau dua orang, sementara yang lain tampak melayang tanpa tubuh. Selain itu, ada gambar orang-orang membawa pohon selama prosesi pemakaman, serta orang-orang berjalan mundur. Hal-hal ini sangat tidak biasa dan menunjukkan bahwa video tersebut bukanlah rekaman asli dari lokasi bencana.

Foto-foto yang diambil oleh jurnalis AFP juga menunjukkan perbedaan signifikan dengan video yang beredar. Foto-foto tersebut menampilkan prosesi pemakaman yang lebih realistis dan sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.

Untuk memverifikasi keaslian video, para peneliti melakukan pencarian gambar terbalik di Google menggunakan potongan video tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa tayangan tersebut pernah diunggah di TikTok pada 18 Agustus 2025, dua minggu sebelum gempa terjadi. Di bagian bawah postingan, terdapat label yang menandai bahwa konten tersebut dihasilkan oleh AI. Selain itu, pemilik akun TikTok tersebut kerap membagikan video hasil AI.

Video TikTok tersebut diunggah dengan narasi bahwa klip menunjukkan situasi di Pakistan setelah banjir yang menewaskan lebih dari 800 orang sejak Juni. Meskipun demikian, klaim tersebut juga tidak dapat diverifikasi dan diduga merupakan manipulasi informasi.

Penyebab Kebingungan dan Pentingnya Verifikasi Informasi

Kebingungan yang muncul dari video palsu ini menunjukkan betapa pentingnya verifikasi informasi sebelum menyebarkannya. Dalam era digital, penyebaran informasi bisa sangat cepat, tetapi tidak semua informasi yang beredar benar. Masyarakat harus lebih waspada dan memeriksa sumber informasi sebelum percaya dan menyebarkan konten yang ditemui di media sosial.

Selain itu, penggunaan teknologi AI dalam pembuatan konten semakin meningkat. Teknologi ini bisa digunakan untuk tujuan positif, seperti membuat video edukatif atau hiburan. Namun, ketika digunakan untuk menyebarluaskan informasi palsu, maka bisa menimbulkan dampak negatif yang besar, terutama dalam situasi darurat seperti bencana alam.

Dengan adanya kasus ini, masyarakat dan lembaga media perlu lebih aktif dalam memberikan edukasi tentang cara memverifikasi informasi. Ini akan membantu mengurangi penyebaran hoaks dan menjaga stabilitas informasi di tengah masyarakat.