
Kolaborasi UGM dan BRIN dalam Pemanfaatan Teknologi Nuklir untuk Pengendalian Lalat Buah
Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam rangka mengembangkan teknik pengendalian hama lalat buah yang menjadi ancaman serius bagi komoditas hortikultura. Kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk lokal, terutama salak pondoh yang dikenal sebagai ikon kota Yogyakarta.
Menurut Suputa, Ketua Program Studi Magister Ilmu Hama Tanaman Fakultas Pertanian UGM, serangan lalat buah telah menjadi hambatan dalam ekspor buah Indonesia. Ia mencontohkan peristiwa pada tahun 2016 ketika salak yang diekspor ke Australia dimusnahkan karena adanya belatung lalat buah. Sejak saat itu, Australia tidak lagi menerima ekspor salak dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan pemanfaatan teknologi nuklir, telur maupun larva lalat buah dapat dimatikan tanpa merusak kualitas buah. Hal ini diharapkan dapat memastikan bahwa produk buah Indonesia diterima oleh negara mitra dagang. Selain itu, kolaborasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan devisa negara melalui sektor ekspor sekaligus menjaga keberlanjutan produksi buah lokal.
Suputa menyebutkan bahwa kolaborasi riset ini menjadi langkah awal yang penting dalam membangun sinergi antar lembaga riset. Fokus utamanya adalah penerapan fitosanitari dan Teknik Serangga Mandul (TSM) berbasis teknologi nuklir untuk meningkatkan keamanan pangan.
Potensi Teknologi Nuklir dalam Perlindungan Tanaman
Murni Indarwatmi dari BRIN menjelaskan bahwa peluang pemanfaatan teknologi nuklir dalam sektor perlindungan tanaman sangat besar, terutama dalam proses pascapanen untuk memenuhi standar ekspor. Ia menekankan bahwa iradiasi khususnya digunakan untuk tujuan fitosanitari, yaitu membunuh hama yang tersembunyi di dalam buah.
"Radiasi bisa menembus hingga ke dalam buah dan membunuh telur maupun larva hama lalat buah," jelas Murni. Ia menegaskan bahwa metode ini aman karena tidak ada bahan radioaktif yang menempel pada produk akhir. Dosis radiasi yang digunakan sangat rendah dan tidak membahayakan kesehatan konsumen.
Tantangan dan Kesadaran Masyarakat
Meski potensinya besar, Murni mengakui bahwa masih ada tantangan dalam penerapan teknologi ini. Salah satunya adalah persepsi masyarakat terhadap nuklir yang sering dikaitkan dengan bom atau kecelakaan reaktor. Namun, ia menekankan bahwa iradiasi yang digunakan dalam pengolahan buah tidak memiliki efek negatif.
"Justru iradiasi ini memberikan keamanan tambahan bagi produk yang diekspor, sehingga bebas dari hama," ujarnya. Dengan demikian, pemanfaatan teknologi nuklir diharapkan dapat menjadi solusi inovatif dalam meningkatkan kualitas dan daya saing produk pertanian Indonesia.
Langkah Menuju Ekspor yang Lebih Aman dan Berkelanjutan
Kolaborasi antara UGM dan BRIN mencerminkan upaya bersama dalam menghadapi tantangan ekspor yang diakibatkan oleh hama lalat buah. Teknologi nuklir yang digunakan tidak hanya memberikan manfaat bagi petani dan produsen, tetapi juga menjaga kualitas produk yang diekspor.
Selain itu, kerja sama ini juga menjadi contoh bagaimana inovasi teknologi dapat diterapkan dalam sektor pertanian untuk meningkatkan keamanan pangan. Dengan pendekatan yang tepat dan kesadaran masyarakat yang lebih baik, teknologi nuklir bisa menjadi alat yang efektif dalam memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional.
Penggunaan iradiasi sebagai metode pengendalian hama menunjukkan bahwa teknologi modern dapat digunakan secara aman dan efisien untuk mendukung sektor pertanian. Dengan demikian, kolaborasi ini menjadi langkah penting dalam membangun sistem pangan yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!