Tari Sanghyang Dedari: Warisan Budaya yang Kini Diperjuangkan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Tari Sanghyang Dedari: Warisan Budaya yang Kini Diperjuangkan

Tradisi Sanghyang Dedari di Nusa Penida yang Penuh Makna

Di Desa Bungamekar, Kecamatan Nusa Penida, Banjar Behu menjadi tempat lahirnya sebuah tradisi yang sangat istimewa. Suara alunan kidung yang dinyanyikan oleh para ibu-ibu mengisi ruang dengan keindahan dan kedamaian. Tiba-tiba, seorang anak perempuan memejamkan mata dan mulai menari mengikuti alunan tembang tersebut. Gerakan yang dilakukannya terlihat begitu luwes dan sederhana, namun menciptakan kesan magis yang luar biasa.

Bagi masyarakat setempat, tarian ini bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan bentuk nyata dari kehadiran para dewa. Sanghyang Dedari, demikian nama tarian ini, merupakan ritual penting untuk menjaga keseimbangan spiritual desa. Dengan mempersembahkan tarian ini, warga percaya bahwa aura negatif dapat dinetralisir dan keberkahan akan tetap tercurah.

"Jika tradisi ini terputus, diyakini akan membawa dampak buruk bagi warga," kata Kelihan Adat Banjar Behu, Nyoman Partha, pada Sabtu (23/8/2025). Ia menegaskan bahwa Sanghyang Dedari tidak hanya sekadar tarian, tapi juga bagian dari identitas budaya yang harus dilestarikan.

Sanghyang Dedari masih dipertahankan hingga saat ini. Hal unik dari tarian ini adalah bahwa hanya anak-anak perempuan yang belum akil balig (disebut dehe) yang boleh memainkannya. Mereka dipercaya sebagai perantara suci antara dunia manusia dan para bidadari. Gerakan mereka yang tampak alami tanpa latihan tambahan semakin memperkuat makna sakral dari tarian ini.

Masyarakat Banjar Behu berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan tradisi ini. Saat ini, Sanghyang Dedari sedang dalam proses pengajuan untuk mendapatkan pengakuan resmi sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Dinas Kebudayaan Klungkung bersama tim pengkaji telah melakukan kajian mendalam di Pura Desa dan Puseh Banjar Behu.

Kepala Dinas Kebudayaan Klungkung, Ketut Suadnyana, menyampaikan bahwa pengusulan ini bukan hanya tentang dokumentasi, tetapi juga perlindungan budaya. "Seni sakral ini harus dijaga agar tidak tergerus zaman dan tidak diklaim pihak lain. Jika lolos, peluangnya bisa melangkah lebih jauh ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia," ujarnya, Minggu (24/8/2025).

Pengusulan Sanghyang Dedari adalah bagian dari langkah lebih besar yang dilakukan Pemkab Klungkung. Selain tarian ini, tiga tradisi lain juga diajukan ke Kementerian Kebudayaan RI, yaitu Tradisi Mejurag Tipat di Desa Timuhun, Tradisi Nandan di Desa Gunaksa, serta kerajinan perak (Bokor) di Desa Kamasan. Semua tradisi ini memiliki nilai spiritual dan estetika yang tinggi.

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa tradisi Klungkung sudah masuk daftar WBTB, seperti Barong Swari Desa Jumpai, Nyepi Segara di Kusamba, Tenun Cepuk Desa Tanglad, hingga Wayang Klasik Kamasan. Setiap tradisi yang dicatat, dibukukan, dan dilegalkan, menurut Suadnyana, akan menjadi dokumen penting bagi generasi mendatang.

"Ketika budaya dicatat, ia akan hidup selamanya. Tidak ada yang bisa mengklaim, dan kita bisa memastikan warisan leluhur tetap terjaga," tegasnya.