
Pertemuan Teknologi Pengolahan Limbah antara Aceh dan Singapura
Wali Kota Distrik Tenggara Singapura, Mohd Fahmi Bin Aliman, hadir dalam pertemuan dengan Wali Nanggroe Aceh serta perwakilan pemerintahan Aceh. Acara tersebut berlangsung di Meuligoe Wali Nanggroe Aceh, dan turut dihadiri oleh Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh, Jul Rahmady, serta staf Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (PSLB3).
Dalam pertemuan ini, perwakilan Singapura memperkenalkan teknologi pengolahan limbah yang dinilai mampu menangani masalah lingkungan secara lebih efektif. Teknologi ini menawarkan solusi inovatif untuk mengolah limbah menjadi bermanfaat kembali.
“Pertemuan tadi sangat bermanfaat. Ada beberapa investor yang hadir, dan yang paling menarik adalah teknologi yang ditawarkan,” ujar Wali Nanggroe Aceh, Tgk Malik Mahmud Al Haythar, saat berkunjung ke Aceh Besar.
Tgk Malik Mahmud menyatakan bahwa teknologi dari Singapura sangat cocok diterapkan di Aceh, terutama dalam menghadapi isu limbah. Teknologi ini mampu mengolah limbah menjadi air bersih yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan. Bahkan, residu dari limbah juga masih dapat dimanfaatkan.
“Saya melihat teknologi ini bagus dan praktis untuk dipertimbangkan penerapannya di Aceh,” tambahnya.
Teknologi tersebut tidak memerlukan lahan yang luas. Sistem utamanya hanya membutuhkan ruang sekitar 12 kaki persegi. Selain itu, tersedia versi skala kecil yang lebih praktis dan dapat digerakkan secara mobile. Hal ini membuat teknologi ini cocok untuk diterapkan di berbagai wilayah, termasuk daerah-daerah yang memiliki ruang terbatas.
Langkah Awal Menghadapi Polusi
Aceh masih memiliki kondisi lingkungan yang relatif baik, namun mulai terjadi polusi. Untuk mengantisipasi hal ini, Tgk Malik Mahmud menekankan pentingnya tindakan sejak dini.
“Kita harus bertindak sebelum masalah ini menjadi parah. Saya sudah meminta Pemerintah Aceh mengambil kesempatan ini,” ujarnya.
Pengelolaan sampah di Aceh masih menjadi tantangan utama. Masalah utama terletak pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang belum tertangani dengan baik. Pemilahan sampah di Aceh belum berjalan maksimal, sehingga volumenya bisa mencapai ratusan ton per hari.
Penanganan Limbah dengan Teknologi Inovatif
Sekretaris DLHK Aceh, Jul Rahmady, menjelaskan bahwa DLHK Aceh sangat mendukung tawaran Singapura dalam menghadapi isu limbah. Menurutnya, teknologi yang ditawarkan telah terbukti berhasil di Singapura, baik untuk limbah cair, padat, industri, maupun limbah B3.
“Sejalan dengan arahan Wali Nanggroe, kita mencari solusi untuk persoalan limbah di Aceh. Dan hari ini Singapura menawarkan mesin pengolahan limbah yang sudah terbukti berhasil di sana,” jelas Jul Rahmady.
Dengan adanya teknologi ini, diharapkan Aceh dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan limbah, sekaligus menjaga kebersihan lingkungan dan kualitas hidup masyarakat. Pemerintah Aceh akan segera mengevaluasi dan mempertimbangkan penerapan teknologi tersebut sebagai langkah strategis dalam pengelolaan lingkungan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!