:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4937402/original/019948900_1725530519-Banner_Infografis_Prabowo_Bidik_Pertumbuhan_Ekonomi_Tembus_8_Persen.jpg)
Optimisme Menteri Keuangan untuk Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan keyakinannya bahwa pertumbuhan ekonomi nasional bisa mencapai angka 8 persen jika terdapat sinergi yang kuat antara mesin ekonomi negara dan sektor swasta. Pandangan ini disampaikannya dalam sebuah diskusi bertajuk "Transformasi Ekonomi Nasional: Pertumbuhan Inklusif Menuju 8 Persen" yang diadakan oleh GREAT Institute di Jakarta, pada hari Kamis (11/9/2025).
Menurut Purbaya, target pertumbuhan ekonomi 8 persen bukan hanya sekadar angka, melainkan kebutuhan mendesak bagi Indonesia agar dapat keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap. Kondisi ini terjadi ketika suatu negara yang telah mencapai tingkat pendapatan menengah gagal berkembang menjadi negara berpendapatan tinggi. Sebaliknya, negara tersebut terjebak pada level yang sama selama bertahun-tahun.
Purbaya mengambil contoh Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok yang pernah mencatatkan pertumbuhan ekonomi dua digit dalam waktu lama, sehingga berhasil menjadi negara maju. Dari sini, ia menyimpulkan bahwa Indonesia harus mampu mengambil langkah-langkah strategis agar tidak terjebak dalam kondisi serupa.
Diagnosa Masalah Ekonomi: Keringnya Likuiditas
Salah satu masalah utama yang diidentifikasi oleh Purbaya adalah keringnya likuiditas dalam perekonomian. Hal ini ditunjukkan oleh indikator M0 (uang beredar dalam arti sempit) yang mengalami pertumbuhan negatif. Kondisi ini mirip dengan situasi yang terjadi saat pandemi COVID-19.
Ia mengingat pengalamannya saat menjabat di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), di mana ia menyarankan Presiden Joko Widodo untuk menarik uang senilai Rp300 triliun dari Bank Indonesia (BI) dan mengembalikannya ke sistem perbankan. Langkah ini membantu memulihkan perekonomian Indonesia pada tahun 2021.
Purbaya yakin bahwa resep serupa, yakni dengan memperkuat dorongan likuiditas dari sisi fiskal, dapat kembali menggerakkan perekonomian nasional.
Saatnya Sektor Swasta dan Negara Bergerak Bersama
Selain itu, Menteri Purbaya juga menyoroti peran sektor swasta yang dinilainya belum optimal. Ia membandingkan era kepemimpinan sebelumnya, di mana pada masa Presiden SBY, pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor swasta melalui aliran kredit. Namun, pada era Presiden Jokowi, pemerintah lebih dominan dalam memimpin pertumbuhan ekonomi, meskipun pertumbuhan kredit cenderung menurun dan utang pemerintah meningkat.
Purbaya menegaskan bahwa saat ini sudah waktunya kedua mesin ekonomi, baik negara maupun swasta, bekerja bersama untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.
Tanggapan Para Tokoh
Pandangan Purbaya ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Syahganda Nainggolan, menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus dicapai melalui pemerataan, dengan program-program pro rakyat dan inklusif.
Pelaksana tugas Ketua Dewan Komisioner LPS, Didik Madiyono, juga optimis bahwa target pertumbuhan 8 persen dapat dicapai dengan kerja keras dan sinergi antar lembaga. Selain itu, Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, yang hadir dalam acara tersebut, mendukung penuh langkah Purbaya. Ia mengakui bahwa sektor riil saat ini memang kekurangan dana dan yakin bahwa pendekatan berbeda dari Purbaya dapat menciptakan terobosan di sisi fiskal.
Misbakhun menegaskan bahwa target pertumbuhan ekonomi 8 persen bukanlah utopia jika dilakukan dengan menggerakkan dua kebijakan fiskal dan moneter. Ia menutup pernyataannya dengan pesan kuat, "Jangan berharap hasil yang berbeda dari cara yang sama dan orang yang sama."
Acara ini turut dihadiri oleh Menteri Koperasi Ferry Juliantono, Wakil Menteri Perumahan Rakyat Fahri Hamzah, Anggota Komisi V DPR RI Musa Rajekshah, Ketua Umum APKASI Bursah Zarnubi, Guru Besar Ekonomi Universitas Yarsi Perdana Wahyu Sentosa, Anggota BPK RI Bobby Rizaldi, serta Rocky Gerung.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!