
Perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Samarinda Tidak Menimbulkan Lonjakan Sampah
Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, berlangsung meriah tanpa menyebabkan lonjakan sampah yang signifikan. Berbeda dengan perayaan Tahun Baru atau Lebaran yang biasanya menimbulkan peningkatan jumlah sampah, momen kemerdekaan tahun ini tercatat stabil dan tidak memberi beban tambahan pada pengelolaan limbah.
Dari pantauan langsung, berbagai kegiatan seremonial seperti upacara bendera dan lomba-lomba di tingkat RT maupun kelurahan berjalan lancar. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda memastikan bahwa aktivitas tersebut tidak mengganggu kondisi lingkungan sehari-hari. Kepala Bidang Limbah B3 DLH Samarinda, Boy Leonardo Sianipar, menjelaskan bahwa produksi sampah selama Agustusan relatif stabil.
“Pada momentum Agustusan tahun ini tidak ada lonjakan berarti karena kegiatan utamanya adalah upacara dan lomba-lomba. Sampah yang dihasilkan tidak signifikan meningkatkan timbulan harian,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa tren ini sejalan dengan catatan DLH dari tahun-tahun sebelumnya. “Secara umum, acara perayaan di tahun-tahun sebelumnya juga relatif sama, sehingga tidak ada peningkatan yang mencolok,” ujarnya.
DLH menilai bahwa pola kegiatan 17 Agustus di Samarinda tidak berpotensi besar menambah beban pengelolaan sampah. Hal ini berbeda dengan momen besar lain seperti bulan Ramadan, Lebaran, atau pergantian tahun yang biasanya menimbulkan lonjakan sampah.
Pihak DLH berharap masyarakat tetap menjaga kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan. “Harapan kami, masyarakat tetap konsisten dalam menjaga kebersihan baik saat mengikuti lomba, menghadiri acara publik, maupun di lingkungan tempat tinggal,” imbuhnya.
Suasana Meriah di RT 13
Di RT 13 Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, suasana kemerdekaan terasa hidup penuh warna. Meski digelar secara sederhana, lomba Agustusan yang diikuti warga berlangsung meriah dan dipenuhi canda tawa serta nuansa kebersamaan yang kental.
Salah satu momen paling heboh adalah lomba tarik tambang ibu-ibu. Sorakan dan tawa pecah setiap kali tim berusaha menjatuhkan lawan, menciptakan suasana hangat dan akrab. Ketua Panitia Lomba RT 13, Siti Hadariah, menjelaskan bahwa persiapan dilakukan secara gotong royong sejak beberapa hari sebelumnya.
“Panitia mulai persiapan tiga hari sebelum lomba, sedangkan galang dana sudah dilakukan satu minggu sebelumnya. Semua berasal dari lingkup RT 13,” ujarnya.
Hadiah lomba diambil dari dana yang dikumpulkan oleh warga bersama Dasawisma. Hadiah yang disediakan berupa alat rumah tangga dan perlengkapan sekolah anak. “Untuk hadiahnya ini dari galang dana masyarakat bersama Dasawisma. Hadiah yang disiapkan untuk warga yang lomba semacam alat rumah tangga, untuk anak-anak alat sekolah,” tambah Siti.
Tahun ini, variasi lomba lebih beragam dibandingkan tahun lalu. Anak-anak mengikuti lomba gigit sendok bawa kelereng, joget balon, balap karung, makan biskuit, hingga lomba kerupuk. Sementara ibu-ibu tampil heboh dalam lomba tarik tambang, rebut kursi, joget balon, hingga makan pisang yang penuh kelucuan.
“Pokoknya yang lucu-lucu. Ibu-ibu ini yang paling heboh, apalagi kalau sudah tarik tambang,” kata Siti dengan senyum lebar.
Setelah lomba selesai, hadiah dibagikan. Namun, lebih dari sekadar hadiah, semangat kebersamaan menjadi nilai utama dalam perayaan ini. Antusias warga sangat luar biasa, dan Siti berterima kasih kepada seluruh warga RT 13 yang ikut serta dalam lomba Agustusan.
Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut arahan kelurahan agar setiap RT melalui Dasawisma menggelar perayaan kemerdekaan. Dukungan penuh warga membuat acara berlangsung lancar dan meninggalkan kesan mendalam.
Salah satu peserta tarik tambang, Via, yang berhasil meraih juara, mengaku sangat terhibur. “Seru, walau badan pegal semua, tapi nda apa-apa. Biar sederhana, tetap rame, banyak ketawa, apalagi tingkah ibu-ibu ini selalu bikin heboh,” ungkapnya sambil tertawa.
Dengan sederhana namun penuh makna, warga RT 13 membuktikan bahwa merayakan kemerdekaan bukan hanya tentang lomba, melainkan juga menjaga warisan gotong royong dan mempererat persaudaraan di tengah masyarakat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!