
Pengunduran Diri Wakil Ketua Komisi VII DPR RI
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Dhirakanya Joyohadikusumo, atau dikenal dengan nama Sara, mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan sebagai anggota DPR. Ia menyampaikan keputusan ini kepada Fraksi Gerindra. Meski telah memutuskan untuk mundur, Sara berharap masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas terakhirnya, yaitu pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kepariwisataan di Komisi VII.
Sara menjelaskan bahwa keputusannya ini tidak lepas dari kontroversi yang muncul akibat pernyataannya dalam sebuah podcast yang direkam pada 28 Februari 2025. Beberapa potongan video dari pernyataan tersebut viral di media sosial sejak pertengahan Agustus dan mendapat kritik luas. Ia menyadari bahwa cara penyampaian maksudnya untuk mendorong semangat kewirausahaan justru menyakiti banyak pihak. Oleh karena itu, ia menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas ucapannya yang dinilai menyinggung kelompok masyarakat tertentu, terutama mereka yang sedang berjuang secara ekonomi.
Pernyataan di Podcast
Dalam podcast yang berjudul Rahayu Saraswati kupas isu perempuan hingga kolaborasi ekonomi kreatif, Sara memberikan motivasi kepada generasi muda Indonesia untuk berani menciptakan lapangan kerja melalui kewirausahaan. Menurutnya, kreativitas harus diarahkan untuk membangun usaha, bukan hanya sekadar mengeluh karena tidak mendapatkan pekerjaan. Ia menyarankan agar anak muda lebih aktif dalam membangun bisnis sesuai dengan keahlian masing-masing, seperti kuliner, fashion, editing video, atau copywriting.
Sara menekankan bahwa generasi muda jangan hanya bersandar pada sektor padat karya atau menunggu lowongan kerja formal dari pemerintah. Menurutnya, paradigma ini sudah ketinggalan zaman. Ia menegaskan bahwa jika seseorang masih bergantung pada pemerintah untuk mendapatkan pekerjaan, itu sama saja dengan masih berada di masa kolonial, di mana rakyat bergantung pada raja atau priyai. Saat ini, masyarakat harus lebih mandiri dan berinovasi.
Selain itu, Sara juga menyoroti peluang besar di sektor agroindustri dan hilirisasi. Ia menilai bahwa ketahanan pangan adalah fokus utama Presiden, sehingga usaha di bidang pertanian dan agrobisnis akan terus berkembang. Ia berharap generasi muda lebih percaya diri untuk berinovasi dan berkreasi, sehingga bisa menyejahterakan diri sendiri serta membuka peluang kerja bagi orang lain.
Kiprah Politik dan Aktivisme
Selama menjadi anggota DPR, Sara aktif dalam berbagai forum yang membahas isu kesetaraan gender dan pemberdayaan anak muda. Ia dikenal berani bersuara di tengah dominasi politik yang sering dianggap maskulin. Meskipun gagal kembali lolos ke DPR pada Pemilu 2019, jalan politiknya tidak terhenti. Pamannya, Prabowo Subianto, dan bibinya, Titiek Soeharto, mempercayainya sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gerindra periode 2020–2025. Posisi strategis ini menunjukkan kepercayaan keluarga politik besar Djojohadikusumo terhadap kapasitas Sara sebagai kader muda.
Akar Keluarga dan Pendidikan Internasional
Sara lahir dari pasangan pengusaha sekaligus filantropis Hashim Djojohadikusumo dan Anie Hashim Djojohadikusumo. Ia adalah cucu dari Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, ekonom legendaris Indonesia, serta cicit dari Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo, pendiri Bank Negara Indonesia (BNI). Lingkungan keluarga ini membentuk nilai-nilai perjuangan, keilmuan, dan pengabdian pada bangsa.
Pendidikan Sara ditempuh di berbagai negara. Setelah menyelesaikan SD di Tarakanita II Jakarta, ia melanjutkan studi di United World College of South East Asia (UWCSEA), Singapura, lalu pindah ke Swiss mengikuti orang tuanya yang bertugas sebagai diplomat. Di sana, ia bersekolah di College du Leman, Geneva, hingga lulus SMA. Selama masa sekolah menengah, Sara tidak hanya berprestasi akademik, tetapi juga aktif di bidang olahraga, termasuk dalam tim sepak bola Junior Varsity.
Setelah lulus SMA, Sara diterima melalui jalur Early Decision di University of Virginia, Amerika Serikat. Ia memilih fokus pada bidang Drama dan Peradaban Kuno Yunani-Romawi, yang mencerminkan minatnya pada seni, sejarah, dan humaniora.
Suka Duka Perjalanan Publik
Perjalanan publik Sara tidak selalu mulus. Pada tahun 2015, ia pernah menjadi sasaran serangan misoginis di dunia maya ketika foto dirinya yang sedang hamil digunakan untuk menyerang secara politik. Meski demikian, Sara menanggapinya dengan tegar. Ia menegaskan bahwa serangan itu tidak hanya ditujukan padanya secara pribadi, tetapi juga mencerminkan tantangan yang dihadapi perempuan dalam dunia politik Indonesia.
Sebelum aktif sepenuhnya di politik, Sara juga dikenal sebagai aktris dan presenter. Ia sempat membintangi beberapa karya layar lebar dan tampil di layar kaca, yang kemudian memperluas pengenalannya kepada publik. Namun, ia memilih jalur politik dan aktivisme sebagai panggilan hidup. Keputusan itu menandai peralihan besar dari panggung hiburan ke panggung perjuangan rakyat.
Masuknya Sara dalam daftar Fortune Indonesia 40 Under 40 menandai puncak pengakuan atas dedikasinya. Fortune menilai, Sara adalah bagian dari generasi muda yang mampu memadukan kepemimpinan, advokasi sosial, serta kapasitas politik untuk menghadirkan perubahan. Penghargaan ini semakin mempertegas posisinya sebagai salah satu figur muda yang berpengaruh di Indonesia, sekaligus membuktikan bahwa keterlibatan anak muda dalam politik dan isu sosial sangat krusial untuk masa depan bangsa.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!