
Pemerintah Terus Lakukan Negosiasi Perdagangan dengan Mitra Utama
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso menyampaikan bahwa pemerintah saat ini masih menjalani proses negosiasi perdagangan dengan sejumlah mitra dagang utama. Tujuan dari negosiasi tersebut adalah untuk memastikan kondisi perdagangan yang lebih stabil dan menguntungkan bagi Indonesia.
Dalam sebuah acara malam Awarding SAFE 2025 di Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (10/9), Susiwijono menjelaskan bahwa tim Kemenko Perekonomian bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto telah melakukan berbagai pembicaraan dengan otoritas di Washington DC terkait tarif ekspor. Ia menekankan bahwa pihaknya meminta agar tarif ekspor bisa ditiadakan sepenuhnya.
“Untuk komoditas ekspor, kami minta tarifnya bisa 0%. Minggu yang lalu kami (rapat) daring terus dengan teman-teman di AS,” ujarnya.
Selain Amerika Serikat, pemerintah juga sedang melakukan perundingan tarif dengan pihak Eropa dan OECD. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perdagangan internasional.
Strategi Pemerintah yang Tidak Hanya Fokus pada Ekspor
Susiwijono menegaskan bahwa strategi utama pemerintah tidak hanya mendorong ekspor dan hilirisasi, tetapi juga memastikan daya beli masyarakat dan pasar domestik tetap terjaga. Ia menilai bahwa menjaga pasar domestik merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga stabilitas ekonomi.
“Jadi itu, hal yang paling penting sebenarnya menjaga domestic market,” katanya.
Menurutnya, ketahanan ekonomi Indonesia relatif lebih kuat dibanding negara lain karena didukung oleh konsumsi domestik. Lebih dari separuh komponen pertumbuhan ekonomi nasional berasal dari konsumsi rumah tangga dan belanja publik. Hal ini membuat guncangan global tidak terlalu memengaruhi stabilitas dalam negeri.
“Komponen utama pertumbuhan ekonomi kita lebih banyak tergantung pada sektor domestik. Konsumsi rumah tangga, konsumsi masyarakat, dan public spending itu kira-kira 55% sendiri,” jelas Susiwijono.
Dampak Perdagangan Global yang Lebih Ringan
Ia menambahkan bahwa meskipun Indonesia tengah menghadapi dinamika perdagangan global, termasuk kebijakan tarif Amerika Serikat, dampaknya tidak sebesar negara-negara yang lebih bergantung pada ekspor. Contohnya, Singapura atau Vietnam yang sebagian besar PDB-nya tergantung dari ekspor, khususnya ke AS.
“Beda dengan Singapura atau Vietnam yang sepertiga PDB-nya tergantung dari ekspor, khususnya ke AS. Dampaknya ke mereka lebih besar,” jelasnya.
Dengan fokus pada sektor domestik, Indonesia diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi meski menghadapi tantangan global. Pemerintah terus berupaya untuk memperkuat fondasi ekonomi melalui berbagai langkah strategis yang dirancang untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan rakyat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!