
Pemerintah AS Memperoleh 10 Persen Saham Intel
Pemerintah Amerika Serikat (AS) baru saja melakukan investasi besar dalam perusahaan semikonduktor terkemuka, Intel. Dalam kesepakatan yang menghebohkan pasar keuangan, pemerintah membeli 10 persen saham di Intel dengan total dana sebesar 8,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 144,18 triliun (kurs Rp 16.200 per dollar AS). Investasi ini dilakukan sebagai bagian dari upaya pemerintahan Trump untuk memperkuat posisi perusahaan teknologi dalam negeri.
Saham Intel langsung melonjak sekitar 6 persen pada perdagangan di Wall Street, Jumat (22/8/2025) waktu setempat. Hal ini menunjukkan respons positif dari investor terhadap langkah pemerintah tersebut. Penyebab kenaikan harga saham juga didorong oleh harapan bahwa investasi ini akan membantu Intel meningkatkan kapasitas produksi dan inovasi teknologinya.
Investasi dalam Bentuk Saham Biasa
Dalam pernyataan resmi, Intel menyebutkan bahwa pemerintah AS telah melakukan investasi sebesar 8,9 miliar dollar AS dalam bentuk saham biasa. Total saham yang dibeli adalah 433,3 juta lembar dengan harga rata-rata 20,47 dollar AS per lembar. Meskipun jumlah ini berada di bawah harga pasar saat ini, nilai kepemilikan pemerintah mencapai sekitar 11 miliar dollar AS.
Dari total investasi, sebesar 5,7 miliar dollar AS berasal dari hibah dalam program CHIPS Act yang telah disetujui tetapi belum dibayarkan. Sementara itu, sisanya, yaitu 3,2 miliar dollar AS, berasal dari program pemerintah lain yang bertujuan mendukung produksi chip yang aman.
Kepemilikan Saham Tanpa Hak Tata Kelola
Meski memiliki 10 persen saham di Intel, pemerintah AS tidak akan memiliki kursi di dewan direksi atau hak tata kelola lainnya. Ini menunjukkan bahwa pemerintah hanya ingin menjadi pemegang saham tanpa campur tangan langsung dalam pengelolaan perusahaan.
CEO Intel, Lip-Bu Tan, dalam siaran pers menyatakan bahwa perusahaan berkomitmen untuk menjaga teknologi canggih tetap diproduksi di AS. Menurutnya, Intel merupakan satu-satunya perusahaan semikonduktor yang melakukan riset dan pengembangan serta manufaktur logika canggih di negara tersebut.
Kesepakatan yang Menguntungkan
Presiden Donald Trump menyampaikan bahwa kesepakatan ini sangat menguntungkan bagi Amerika Serikat dan Intel. Ia menyebutnya sebagai "kesepakatan yang hebat" dan menekankan bahwa pemerintah tidak membayar apa pun untuk saham tersebut.
Selain itu, pemerintah juga memiliki opsi (warrant) untuk membeli tambahan 5 persen saham Intel jika perusahaan tidak lagi menjadi pemilik mayoritas bisnis di unit pabrik chip Intel (foundry).
Perubahan Kebijakan Industri AS
Langkah ini menjadi contoh terbaru dari perubahan besar dalam kebijakan industri AS, di mana pemerintah mulai mengambil peran aktif di sektor swasta. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menyatakan bahwa pemerintah menginginkan kepemilikan saham di Intel sebagai imbalan atas dana dari CHIPS Act.
Lutnick menambahkan bahwa pemerintah akan menyalurkan dana yang sudah disetujui di masa pemerintahan Biden, dan sebagai gantinya mereka mendapatkan saham. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah ingin memastikan bahwa uang yang dialokasikan untuk industri teknologi digunakan secara efektif.
Investor Lain yang Ikut Berpartisipasi
Sebelumnya, Intel juga mengumumkan adanya investor besar lain, yaitu SoftBank, yang menyatakan akan menanamkan 2 miliar dollar AS ke produsen chip tersebut. Investasi ini setara dengan sekitar 2 persen saham perusahaan.
Namun, selama ini, teknologi Intel dinilai tertinggal dibandingkan perusahaan seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), yang membuat chip untuk perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, Nvidia, Qualcomm, AMD, bahkan Intel sendiri.
Proyek Pembangunan Pabrik di Ohio
Intel telah menggelontorkan miliaran dollar AS untuk membangun sejumlah pabrik chip di Ohio, wilayah yang disebut perusahaan sebagai “Silicon Heartland”. Di sana, Intel berencana memproduksi chip tercanggih, termasuk untuk kecerdasan buatan (AI).
Namun, pada Juli lalu, CEO Intel menyampaikan dalam memo internal bahwa tidak akan ada lagi “cek kosong” dan pembangunan kompleks pabrik di Ohio akan diperlambat sesuai kondisi pasar. Pabrik Intel di Ohio kini dijadwalkan mulai beroperasi pada 2030.
Dukungan dari UU CHIPS
Intel sebelumnya telah menyelesaikan kesepakatan hibah senilai hampir 8 miliar dollar AS dari CHIPS and Science Act untuk mendanai rencana pembangunan pabriknya. UU CHIPS sendiri disahkan pada 2022 di masa pemerintahan Biden.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!