Peran Pasar Tertutup dalam Industri Asuransi
Pasar tertutup atau captive market tidak hanya menjadi andalan bagi perusahaan asuransi di saat ekonomi sedang lesu, tetapi juga menjadi sumber utama bisnis bagi sejumlah pemain besar. Dalam industri asuransi, beberapa perusahaan memiliki kekuatan pasar tertutup yang berasal dari grup induknya. Contohnya adalah PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) yang berada dalam Pertamina Group dan PT Asuransi Tri Pakarta (TRIPA) yang mengandalkan pasar tertutup dari Grup BNI.
Menurut pengamat asuransi Irvan Rahardjo, pasar tertutup memberikan kepastian pendapatan premi yang stabil, sehingga membantu menjaga kinerja bisnis perusahaan. Namun, di sisi lain, ketergantungan terhadap pasar tertutup bisa menyebabkan premi asuransi yang kurang kompetitif.
Strategi Perusahaan dalam Menghadapi Pasar Tertutup
PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) membenarkan bahwa pasar tertutup masih menjadi salah satu andalan untuk menopang bisnis di tengah kondisi perekonomian yang lesu. Namun, perusahaan tidak hanya mengandalkan pasar tertutup, melainkan juga memperkuat strategi di sektor non-captive maupun bisnis reasuransi.
Presiden Direktur Tugu Insurance, Adi Pramana menyampaikan bahwa sampai saat ini, pasar tertutup masih memberi kontribusi positif terhadap pertumbuhan kinerja perusahaan. “Kami semakin berkomitmen menjalankan strategi perusahaan yang mencakup keseluruhan sektor bisnis, dengan melakukan intensifikasi bisnis tertutup sebagai sektor utama, meningkatkan ekstensifikasi bisnis non-tertutup, dan mengembangkan bisnis reasuransi,” ujarnya.
Adi menambahkan bahwa optimalisasi pasar tertutup dinilai dapat mendukung stabilitas perusahaan sekaligus memungkinkan peningkatan inovasi produk dan layanan. Sampai akhir tahun 2024, kontribusi pasar tertutup terhadap total pendapatan premi perusahaan mencapai hampir 20 persen.
Untuk menyeimbangkan porsi pasar tertutup dan non-tertutup, Tugu Insurance menyiapkan strategi diversifikasi dan inovasi produk sesuai kebutuhan pasar. Selain itu, perusahaan fokus pada peningkatan kualitas layanan. Di sisi lain, Tugu Insurance konsisten membangun serta memperluas jaringan dan saluran distribusi yang strategis, mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, dan memperkuat manajemen risiko.
Strategi tersebut didukung oleh beberapa faktor utama, seperti digitalisasi end-to-end, sumber daya manusia yang berbasis kompetensi, serta budaya kerja yang berorientasi pertumbuhan.
Kinerja Keuangan dan Kontribusi Pasar Tertutup
Berdasarkan laporan keuangan Tugu Insurance, jumlah pendapatan premi hingga Juli 2025 tercatat mencapai Rp 4,56 triliun, tumbuh sebesar 9,52% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 4,16 triliun.
Sementara itu, PT Asuransi Tri Pakarta (TRIPA) juga menjelaskan bahwa pasar tertutup masih menjadi penyumbang terbesar terhadap perolehan pendapatan premi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tertutup tetap menjadi bagian penting dalam strategi bisnis perusahaan asuransi.
Kinerja Industri Asuransi Jiwa
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyampaikan bahwa produk asuransi tradisional menjadi penyumbang premi terbesar industri asuransi jiwa pada semester I-2025. Porsinya mencapai 63,01% terhadap total pendapatan premi industri pada semester I-2025 yang sebesar Rp 87,6 triliun.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pendapatan premi dari produk tradisional mencapai Rp 55,2 triliun pada semester I-2025, tumbuh sebesar 6,5% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, pendapatan premi dari produk unitlink mencapai Rp 32,4 triliun, turun 11,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Budi menjelaskan bahwa dominasi produk tradisional merupakan hal wajar, terutama di negara-negara Asia yang penetrasi asuransinya sudah tinggi. Di beberapa negara, porsi produk asuransi jiwa tradisional mencapai sekitar 80% atau lebih dari total premi.
Diversifikasi Produk dan Stabilitas Industri
Berdasarkan hasil tersebut, Budi melihat bahwa saat ini industri asuransi jiwa di Indonesia mulai memasuki titik stabilitas baru. Diversifikasi produk yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa memberikan hasil yang optimal. Kini, industri asuransi jiwa hadir dengan portofolio produk yang lebih beragam dan dapat diakses oleh berbagai lapisan masyarakat.
Dampak Penurunan Suku Bunga terhadap Investasi Asuransi Jiwa
Industri asuransi jiwa menilai langkah Bank Indonesia (BI) yang kembali menurunkan suku bunga acuan menjadi 5% memberikan dampak positif terhadap kinerja investasi perusahaan asuransi. Ketua Bidang Pengembangan dan Pelatihan SDM Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Handojo Gunawan Kusuma menjelaskan bahwa penurunan suku bunga berpotensi mendatangkan capital gain, terutama bagi pemegang polis unitlink berpendapatan tetap dan perusahaan asuransi nasional.
Dampak jangka panjang dari penurunan suku bunga juga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat. Peningkatan ini diharapkan mendorong ekspansi bisnis dan meningkatkan nilai aset secara jangka panjang di industri asuransi jiwa.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!