Paradoks Ekonomi Inggris: Inflasi Tinggi, Suku Bunga Dikurangi

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Inflasi di Inggris Kembali Naik, Mencapai 3,8 Persen

Inflasi di Inggris kembali meningkat pada bulan Juli, dengan angka yang mencapai 3,8 persen dalam 12 bulan terakhir. Angka ini jauh melampaui target Bank Sentral Inggris sebesar 2 persen. Peningkatan inflasi ini terjadi meskipun bank sentral terus mengambil langkah untuk menurunkan suku bunga. Keputusan ini dinilai berisiko karena diharapkan bisa membantu membangkitkan ekonomi yang stagnan.

Inflasi merujuk pada kenaikan harga barang dan jasa dari waktu ke waktu. Di Inggris, pengukuran inflasi dilakukan oleh Kantor Statistik Nasional (ONS) dengan memantau ratusan barang sehari-hari dalam keranjang belanja virtual. Daftar barang ini diperbarui secara berkala, termasuk produk-produk modern seperti matras yoga dan headset virtual reality.

Indeks Harga Konsumen (IHK), yang menjadi pengukuran utama inflasi, naik dari 3,6 persen pada Juni menjadi 3,8 persen pada Juli 2025. Ini adalah angka tertinggi sejak Januari 2024. Selain itu, inflasi inti yang tidak termasuk harga makanan dan energi juga meningkat, dari 3,7 menjadi 3,8 persen.

Kenaikan inflasi terbaru dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu penyumbang terbesar adalah kenaikan tarif penerbangan. Kenaikan harga tiket pesawat pada Juli ini merupakan yang tertinggi sejak ONS mulai mencatat data tersebut. Selain itu, kenaikan harga makanan seperti daging sapi, gula, dan kopi instan juga turut berkontribusi pada peningkatan inflasi.

Sejak mencapai puncaknya di 11,1 persen pada Oktober 2022, inflasi telah mengalami penurunan signifikan. Namun, penurunan ini tidak berarti harga barang-barang menjadi lebih murah, tetapi hanya kenaikannya yang melambat. Sebelumnya, kenaikan harga yang tajam disebabkan oleh lonjakan permintaan energi pasca-pandemi dan invasi Rusia ke Ukraina.

Biasanya, bank sentral akan menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi. Tujuannya adalah membuat pinjaman lebih mahal sehingga masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran. Langkah ini diharapkan dapat mendinginkan permintaan dan memperlambat kenaikan harga. Namun, risiko dari langkah ini adalah potensi dampak negatif terhadap ekonomi, seperti meningkatnya cicilan hipotek dan mengurangi investasi bisnis.

Dengan inflasi yang tetap tinggi sementara ekonomi stagnan dan pasar kerja melemah, Bank Sentral Inggris melakukan pemotongan suku bunga sebanyak lima kali sejak Agustus 2024 hingga mencapai 4 persen. Keputusan terbaru pada Agustus diambil dengan suara tipis, menunjukkan adanya perdebatan internal yang ketat.

Masyarakat didorong untuk lebih banyak berbelanja dan berinvestasi agar dapat menggerakkan kembali roda perekonomian. Meskipun upah di Inggris Raya tumbuh sebesar 5 persen antara April dan Juni, pertumbuhan riil setelah disesuaikan dengan inflasi hanya 1,5 persen. Angka lowongan kerja juga terus menurun selama tiga tahun terakhir.

Sementara itu, negara-negara lain juga menghadapi tantangan serupa. Inflasi di negara-negara pengguna Euro stabil di 2,0 persen pada Juli, dan Bank Sentral Eropa (ECB) juga telah memotong suku bunga. Di Amerika Serikat, inflasi bertahan di 2,7 persen, yang membuat bank sentral AS memilih untuk menahan suku bunga utamanya untuk kelima kalinya secara berturut-turut.

Para analis kini ragu apakah bank sentral akan terus melakukan pemotongan suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini dipengaruhi oleh keputusan terakhir yang ketat dan adanya faktor global yang tidak menentu, seperti konflik di Israel dan Iran serta potensi tarif AS.