
Upaya Konservasi Badak Jawa yang Terus Berlanjut
Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melakukan tindakan penting dalam upaya melindungi satwa langka yang dikenal sebagai Badak Jawa. Spesies ini, yang memiliki nama ilmiah Rhinoceros sondaicus, dipindahkan dari Taman Nasional Ujung Kulon ke Javan Rhino Study and Conservation Area. Tujuan utama dari translokasi ini adalah untuk mengurangi risiko kepunahan yang sangat tinggi terhadap spesies tersebut.
“Ini bukan sekadar memindahkan badak, tetapi usaha kolektif menyelamatkan masa depan spesies yang sudah diambang kepunahan,” ujar Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Umar Siddiq, pada Kamis (21/8). Translokasi dilakukan agar dapat membentuk populasi kedua, meningkatkan keragaman genetik, dan menjamin kelangsungan hidup spesies ini.
Salah satu teknologi yang digunakan dalam program konservasi ini adalah Assisted Reproductive Technology (ART), atau teknologi bayi tabung. Selain itu, biobank juga menjadi bagian dari strategi penyelamatan satwa. Program ini melibatkan berbagai lembaga konservasi nasional dan internasional. Target jangka panjangnya adalah terbentuknya populasi kedua Badak Jawa pada tahun 2029 mendatang.
Tim Gabungan Menangkap Pemburu dan Menyita Senjata Api
Dalam rangka menjaga keberlangsungan hidup Badak Jawa, tim gabungan telah berhasil menangkap lima orang pemburu dan menyita senjata api yang digunakan dalam aksi perburuan. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah dan lembaga konservasi dalam melindungi satwa langka ini dari ancaman eksternal.
Penggunaan Kendaraan Amfibi dalam Translokasi
Untuk memastikan keselamatan dan efisiensi dalam proses translokasi, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut bekerja sama dengan TNI AL, Yayasan Badak Indonesia (YABI), dan mitra lainnya. Pada Juni lalu, simulasi translokasi dilakukan menggunakan kendaraan amfibi Kapa K-61.
Simulasi ini bertujuan untuk menguji kemampuan kendaraan tempur dalam mengangkut Badak Jawa secara aman, baik saat melintasi laut maupun darat. Hasilnya menunjukkan bahwa kendaraan tersebut mampu mengangkut satwa tersebut dengan aman selama perjalanan sejauh 14 kilometer di laut.
Komandan Yonkapa 1 Marinir, Mayor (Mar) Bayhaky C. Chipta, menjelaskan bahwa simulasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesiapan evakuasi satwa liar dalam kondisi bencana alam.
Badak Jawa sebagai Keajaiban Alam Indonesia
Badak Jawa termasuk dalam kategori critically endangered atau sangat terancam punah menurut catatan International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List. Dulu, spesies ini tersebar luas di Asia Tenggara, namun kini hanya bisa ditemukan di Indonesia.
“Badak Jawa yang ada di Indonesia khususnya di TNUK adalah satu-satunya di dunia,” ujar Pakar Konservasi IPB University, Harini Muntasib, pada Juli lalu. Data terbaru dari Taman Nasional Ujung Kulon menunjukkan bahwa jumlah populasi Badak Jawa diperkirakan hanya sekitar 87 hingga 100 ekor.
Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA), yang dikembangkan sejak 2009, menjadi pusat konservasi utama untuk mengembangbiakkan Badak Jawa secara intensif. Selain itu, upaya perluasan habitat juga menjadi agenda utama JRSCA dalam menjaga keberlanjutan spesies ini.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!