Kawasan Transmigrasi Kedurang Hadapi Krisis Infrastruktur Dasar

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Desa Batu Ampar, Tantangan Infrastruktur dan Kebutuhan Dasar yang Masih Menghantui

Desa Batu Ampar yang terletak di Kecamatan Kedurang, Kabupaten Bengkulu Selatan, merupakan salah satu kawasan transmigrasi yang telah berkembang sejak tahun 1979. Lokasinya yang jauh dari pusat kota membuat akses ke desa ini menjadi tantangan utama bagi warga setempat. Dari pusat Kota Bengkulu, diperlukan waktu sekitar empat jam perjalanan darat untuk sampai ke sini.

Salah satu masalah yang sering disoroti adalah kondisi jalan penghubung antar-desa yang tidak memadai. Jalan yang harus dilalui warga adalah jalur makadam curam dengan panjang sekitar dua kilometer. Jalur ini hanya bisa dilewati oleh kendaraan off-road atau motor bebek jika tidak ada alternatif lain. Akibatnya, desa ini seperti terisolasi dari wilayah lain, meskipun memiliki 35 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di dalamnya.

Untuk mengatasi masalah infrastruktur dasar ini, pemerintah melalui Kementerian Transmigrasi telah menyalurkan Anggaran Belanja Tambahan (ABT) senilai Rp 4,5 miliar untuk Bengkulu Selatan. Dana tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti sarana air bersih, toilet, renovasi sekolah, serta pembangunan jalan non-status yang menghubungkan antar-desa.

Menurut Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi, ABT yang dialokasikan mencerminkan komitmen pemerintah dalam memperbaiki kondisi kawasan transmigrasi. Total ABT yang diterima oleh Kementerian Transmigrasi mencapai Rp 1,7 triliun, sehingga pada tahun 2025, anggaran APBN yang dikelola mencapai Rp 1,89 triliun untuk pengembangan kawasan transmigrasi eksisting.

Masalah Listrik dan Ketergantungan pada Panel Surya

Selain masalah jalan, warga Batu Ampar juga menghadapi krisis pasokan listrik. Desa ini bergantung pada panel surya yang dipasang di setiap rumah. Sayangnya, energi yang dihasilkan tidak cukup untuk menyediakan aliran listrik 24 jam non-stop. "Listrik ada, tapi hanya dalam bentuk panel surya. Jadi tidak bisa sampai 24 jam, jam 10 malam sudah habis," ujar Viva Yoga.

Bupati Bengkulu Selatan Rifai Tajudin menyampaikan bahwa jaringan listrik seperti tiang listrik sudah tersedia di jalan menuju Batu Ampar. Ia berharap dapat segera berkoordinasi dengan PLN untuk mempercepat pemasangan jaringan listrik yang lebih stabil.

Potensi Komoditas Durian dan Harapan Warga

Meski menghadapi berbagai tantangan, Batu Ampar memiliki potensi besar dalam pengembangan komoditas pertanian, khususnya durian. Rifai menjelaskan bahwa varian-varian baru seperti musang king, bawor, duri hitam, dan super tembaga memiliki harga yang sangat tinggi. Ia berharap dalam lima tahun ke depan, potensi ini akan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi warga.

Keluhan Warga tentang Akses Jalan dan Air Bersih

Warga transmigran di Batu Ampar, seperti Dede Kaswara (45), mengeluhkan akses jalan yang menjadi hambatan utama dalam pengembangan kawasan. Meski memiliki penghasilan dari pertanian, perkebunan, atau peternakan, mereka kesulitan menjual hasil produksi karena kondisi jalan yang tidak memadai.

Selain itu, warga juga mengalami krisis air bersih. Dede mengatakan, mereka terkadang harus menggunakan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari. Ia berharap pemerintah dapat memfasilitasi penjualan hasil pertanian, termasuk dengan adanya penampung yang bisa membantu menjual produk-produk warga.

Siti Romadhoni Panca Susanti, ibu dari empat anak asal Tegal, juga mengeluhkan keterbatasan akses air bersih. Saat musim kemarau, ia dan keluarganya harus mengambil air dari masjid yang berada jauh dari permukiman. Bahkan, untuk kebutuhan mandi, mereka harus pergi ke sungai.

Dalam perpindahannya ke Batu Ampar sejak tahun 2018, pemerintah memberikan rumah dan pekarangan seluas 1,25 hektar, serta sembako selama satu tahun. Siti berharap kehidupan di sini bisa lebih nyaman, dengan tambahan penduduk dan suasana yang lebih ramai. Ia berharap agar 150 KK lainnya bisa bergabung, sehingga desa ini semakin berkembang.