
Laporan Kenaikan Kasus DBD di Kabupaten Sabu Raijua
Kasus demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi di Kabupaten Sabu Raijua mencatat peningkatan signifikan sepanjang tahun 2025. Dari data yang dirangkum oleh Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Sabu Raijua, terdapat total 461 kasus DBD yang tercatat dari bulan Januari hingga Juli 2025.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sabu Raijua, Thobias Jusuf Messakh, angka ini menunjukkan bahwa penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat setempat. Data tersebut mencakup 288 kasus pada bulan Januari, 129 kasus pada bulan Februari, 40 kasus pada bulan Maret, serta 4 kasus pada bulan April. Sementara itu, tidak ada laporan kasus DBD pada bulan Mei, Juni, Juli, dan Agustus.
Upaya Pencegahan DBD yang Dilakukan
Untuk mengantisipasi penyebaran DBD, Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai langkah pencegahan. Salah satunya adalah edukasi kepada masyarakat melalui gerakan 5M Plus. Gerakan ini mencakup tindakan seperti menguras, menutup, dan mengubur barang bekas, serta memantau keberadaan jentik dan menjaga lingkungan agar tidak menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk.
Thobias menyampaikan bahwa pihaknya juga aktif dalam menyebarkan informasi melalui berbagai media, termasuk pembuatan video yang menjelaskan cara penanganan DBD di wilayah Sabu Raijua. Tujuannya adalah agar masyarakat lebih memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan pola hidup yang sehat.
Faktor Penyebab Kenaikan Kasus DBD
Menurut Thobias, salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya kasus DBD adalah perilaku masyarakat yang kurang optimal dalam menjaga kebersihan. Banyak warga menggunakan penampung air dengan terpal terbuka, yang berpotensi menjadi tempat berkembangbiaknya jentik nyamuk. Hal ini sangat berisiko karena nyamuk Aedes aegypti cenderung berkembang di lingkungan yang lembap dan kotor.
Selain itu, penggunaan abate sebagai bahan kimia untuk menghambat perkembangan jentik juga sering kali tidak diikuti oleh masyarakat. Menurut Thobias, banyak warga mengambil abate dari penampung air karena merasa air menjadi tidak enak setelah ditambahkan abate. Padahal, abate digunakan untuk mencegah perkembangan jentik nyamuk.
Solusi dan Rekomendasi
Untuk mengatasi masalah ini, Thobias menyarankan masyarakat menggunakan alat penyaring bernama "serong" untuk menyaring jentik-jentik yang mungkin ada di dalam air. Ini merupakan alternatif yang lebih aman dan efektif tanpa mengganggu kualitas air.
Ia berharap masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengikuti rekomendasi dari Dinas Kesehatan. Dengan kesadaran yang lebih tinggi, diharapkan jumlah kasus DBD dapat diminimalkan dan masyarakat bisa lebih terlindungi dari penyakit ini.
Kesimpulan
Peningkatan kasus DBD di Kabupaten Sabu Raijua menunjukkan bahwa perlu adanya perbaikan pola hidup masyarakat dan partisipasi aktif dalam upaya pencegahan. Dengan pendekatan yang lebih komprehensif dan edukasi yang terus-menerus, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada terhadap risiko DBD dan menjaga lingkungan sekitar mereka.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!