Ibu Batasi Gadget, Belajar Anak Jadi Lebih Menyenangkan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Peran Ibu dalam Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak

Gadget memang memiliki dampak negatif, tetapi jika digunakan dengan tepat, bisa memberikan manfaat yang besar. Saya pernah hampir kecanduan gadget. Dari pagi hingga malam, saya selalu menggenggam ponsel. Gadget tidak hanya digunakan untuk aktivitas pribadi, tetapi juga untuk bekerja. Pernah, akibat penggunaan berlebihan, mata saya terasa sangat lelah, berair, dan sakit.

Perubahan terjadi ketika saya menjadi ibu. Awalnya cukup sulit, karena biasa menggunakan gadget setiap saat. Namun, demi anak, apa pun pasti dilakukan. Waktu bersama anak lebih berharga dan tidak dapat digantikan. Ada beberapa pengalaman baik dan buruk dalam penggunaan gadget terhadap anak.

Literasi Digital Sejak Dini, Membatasi Bukan Melarang

Saya memiliki dua anak laki-laki, yaitu anak pertama berusia lima tahun dan anak kedua berusia dua setengah tahun. Saat anak berusia satu tahun lebih, saya mulai mengenalkan gadget. Namun, pengenalan ini dilakukan dengan pengawasan ketat. Ketika masih bekerja, saya dibantu oleh suami dan keluarga untuk mengawasi anak dalam penggunaan gadget.

Gadget hanya digunakan untuk menunjukkan hasil video atau foto anak dari ponsel, serta menonton konten edukatif untuk anak. Contoh konten seperti lagu anak, cerita dongeng, video mengedukasi tentang permainan, berhitung, mengenal buah, binatang, warna, bentuk, dan lainnya.

Saya tidak merekomendasikan mengenalkan gadget pada usia satu tahun. Idealnya, gadget dikenalkan ketika anak minimal berusia dua tahun. Tapi, di rumah tidak ada TV, jadi gadget menjadi solusi terakhir untuk menghibur anak.

Pada awal pengenalan, saya tidak terlalu ketat, membiarkan anak menggunakan gadget cukup lama. Ternyata, hal ini membuat anak sulit berhenti bermain gadget. Jika tidak dituruti, anak akan menangis tanpa henti. Akhirnya, saya menetapkan batasan waktu penggunaan gadget.

Batasan Penggunaan Gadget untuk Anak

Pertama, batasi waktu penggunaan gadget. Anak pertama boleh menggunakan gadget maksimal dua setengah jam sehari, sedangkan anak kedua dibatasi satu setengah jam. Meski belum ideal, saya berusaha meminimalisir pemakaian gadget.

Kedua, terapkan pembatasan tontonan. Gadget hanya boleh digunakan untuk menonton video di YouTube Kids atau YouTube biasa. Tidak boleh menonton video pendek. Hanya boleh menonton video anak seperti "Jalan Sesama", "Si Unyil", kartun anak (BabyBus, Tayo, Nussa), atau seni budaya (ondel-ondel, wayang, barongsai).

Ketiga, anak hanya boleh menonton video dalam pengawasan orang tua. Jika menonton konten yang tidak baik, saya segera menggantinya dan menjelaskan kepada anak bahwa video itu tidak boleh ditiru. Penggunaan gadget harus selalu dipantau. Seringkali, saya mengecek sejarah tontonan setelah anak selesai menggunakan gadget.

Anak-anak sangat pintar meniru. Tidak perlu diajarkan, mereka akan meniru kebiasaan penggunaan gadget. Karena itu, saya memutuskan untuk mengenalkan gadget pada anak sejak dini. Semakin dilarang, semakin penasaran. Seorang ibu harus sangat hati-hati dalam penggunaan gadget di depan anak.

Membiasakan Anak Bermain Tanpa Gadget

Sebagai ibu, saya mencoba menerapkan kebiasaan baik untuk meminimalkan anak menggenggam gadget. Setiap siang, saya mengoptimalkan anak untuk bermain bersama. Membiarkan anak bermain dengan teman sebaya di sekitar rumah, membuat mereka sibuk bermain tanpa mengingat gadget.

Membiasakan anak mengeksplorasi permainan di luar rumah, seperti bermain dengan tanah, mengajarkan permainan tradisional anak, atau membiarkan anak bermain sambil saya bersantai di teras rumah. Saat makan, saya menghindari memberikan gadget. Jika anak meminta, saya mencoba mengalihkan perhatian mereka.

Saat bangun atau sebelum tidur, saya melepas gadget. Menyempatkan diri untuk mengobrol di malam hari, fokus memperkuat kedekatan dengan anak. Jika sudah sangat terdesak, baru gadget diberikan sebagai solusi hiburan.

Aplikasi Edukatif untuk Anak

"Bu, apa itu? Game ya?"
"Bukan, Bang. Ini aplikasi buat Abang belajar."

Saya dan suami mulai aktif mengajak anak pertama belajar sejak usia empat tahun. Kami membeli buku aktivitas untuk anak, mengajari mereka tentang calistung. Sekarang, di usia lima tahun, anak pertama kami sudah bisa menulis angka, kata, berhitung, mengeja, dan membaca.

Belum lama ini, saya mendapatkan penawaran tukar poin member ke voucher uji coba gratis aplikasi belajar dari sebuah minimarket. Saya penasaran, kemudian mendownload aplikasi cerita dongeng anak dan aplikasi belajar PAUD TK. Fitur gratis cukup menarik, sehingga saya memutuskan untuk mencoba menukar poin dengan dua aplikasi belajar.

Aplikasi cerita dongeng memiliki fitur seperti buku dongeng tanpa suara, dongeng interaktif dengan suara dan gerakan, serta animasi cerita. Sementara aplikasi belajar PAUD TK memiliki banyak fitur seperti permainan teka-teki silang, mengenal huruf, angka, mewarnai, bermain musik, dan lainnya.

Saya memperkenalkan aplikasi belajar ini kepada dua anak saya. Mereka begitu bersemangat dan tertarik. Adik belum bisa memainkan aplikasi belajar dengan baik, jadi saya memutuskan untuk tidak melanjutkan pengenalan. Berbeda dengan Abang, ia mampu memainkan aplikasi tersebut dengan baik. Mendengarkan dongeng, belajar bermain kata, berhitung, mencampur warna, maupun bermain musik.

Aplikasi belajar ini cukup baik untuk perkembangan otak anak berusia lima tahun ke atas. Mulai saat itu, Abang makin semangat belajar. Belajar anak menjadi lebih mudah dan menyenangkan dengan aplikasi edukatif.

Tugas Ibu dalam Menghadapi Era Digital

Mendidik anak di era digital adalah tugas berat. Perempuan, terutama ibu, harus aktif berperan memberikan batasan dan membimbing anak dalam penggunaan gadget. Ibu harus cerdik dan pintar dalam literasi digital. Tugas ibu bukan hanya membatasi, tetapi memberikan pengertian kepada anak tentang makna tulisan, video, atau gambar yang dilihat melalui gadget.

Anak selalu membutuhkan pendampingan dalam menggunakan gadget. Tidak hanya ponsel pintar, semua gawai seperti laptop, tablet, TV, dan perangkat elektronik lainnya perlu diawasi dan didampingi oleh orang tua.

Hingga kini, anak pertama saya belum mengenal media sosial selain YouTube, dan selalu dibantu untuk berkomunikasi melalui aplikasi pesan instan. Bertahap, saya akan memperkenalkan aplikasi kepada anak sesuai usia dan kebutuhan untuk belajar.

Ibu menjadi garda terdepan dalam literasi digital keluarga. Ibu menjadi contoh pertama ketika anak mulai mengenal dunia. Dalam dekapan ibu, anak bertumbuh dan berkembang. Dalam bimbingan ibu, gadget dapat bermanfaat untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan anak. Gadget bukan lagi hal yang menakutkan, tetapi alat yang membawa pengaruh positif dan mengedukasi anak.

Apa yang telah dialami membuat saya menyadari, bahwa setiap pergerakan ibu akan berdampak kepada anak. Jika ibu dapat mengurangi risiko negatif penggunaan gadget, mengubahnya menjadi alat pembelajaran yang menyenangkan, mengapa tidak? Makin baik literasi digital ibu, makin baik pula literasi digital anak.